45. Perayaan

844 128 49
                                    

Kalau pas ada bait lagunya tap aja video YouTube di atas oke.

Kita akan bersama,
Pada titik terbaik
Menurut takdir.

-Ata L.B

Sekolah Vana, saat ini hendak merayakan sesuatu.

Merayakan kemenangan atas dua kubu, yaitu kubu sepak bola dan bola basket. Kedua kubu tersebut langsung menyabet juara satu secara bersamaan kemarin.

Walau ketika di akhir acara lomba basket, Ranggi sebagai ketua tim hampir saja cidera parah jika saja Roy tak berteriak kencang untuk memberitahu ketika melihat pihak lawan hendak merebut paksa bola basket yang berada di tangan Ranggi.

"Jadi, kalian semua mau ikut?" Vana bertanya pada ke enam---ralat hanya lima, karena Leon pengecualian. Lantaran Leon terlihat sangat acuh dan lebih memilih menonton acara tv kesukaannya.

"Iya lah, itu kan sekolah gue juga. Gimana sih?" Selatan menyahut, dan Vano ikut mengangguk.

"Tau, kalian berdua emang sekolah di sana. Tapi gue nanya sama yang lain kecuali kalian berdua." Mendengar penuturan Vana membuat Selatan sedikit merengut, sedangkan Vana langsung mengalihkan atensinya menatap ke empat kakaknya yang kini tengah menatapnya juga---minus Leon.

"Ya ikut, kenapa?" Itu suara Bara.

"Emang di bolehin?" Tanya Vana.

"Kalau gak di bolehin kakak tetep berangkat," ujar Alvin, tersenyum Pada Vana. Dan Vana hanya membalasnya dengan senyuman seadanya.

Sedangkan Vano hanya diam, menatap Vana dari samping. Ada yang janggal, dan ia tau itu. Kemudian ia beralih menatap ke arah tangga, menemukan sosok Vina yang diam berdiri menatap ke arah mereka. Atau lebih tepatnya ke arah Vana.

Berdecak pelan lalu berdiri dan langsung menyambar lengan Vana, menariknya pergi dari sana, mengabaikan Alvin dan Rovi yang berteriak tak terima. Sedangkan Vana hanya pasrah mengikuti langkah Vano.

✓✓✓✓✓

Perayaan untuk kemenangan lomba ternyata bukan hanya untuk lomba sepak bola dan basket saja. Tapi untuk drama, yang kemarin sempat juara dua oleh vana serta anak klub lainnya.

Perayaan yang di gelar cukup mewah, lantaran banyak yang ikut menyumbang biaya untuk acara perayaan ini. Termasuk Keluarga Riyadi pun sama.

Ah iya, omong-omong semua keluarga Riyadi berangkat ke acaranya. Walau Vana sempat mencegah dengan alasan yang tak masuk akal, namun tetap saja mereka semua tetap berangkat.

Bukan apa-apa, ia tak mau terjadi sesuatu dengan keluarganya.

Karena, satu hari yang lalu ia mendapat sebuah kiriman kotak yang ia juga tak tau siapa pengirimnya. Tiba-tiba saja terdapat di loker miliknya ketika ia hendak mengambil catatan nya. Dan isinya, berupa ancaman yang menyuruh dirinya untuk menjaga semua keluarganya jika tak ingin terjadi apa-apa. Dan Vana tak boleh memberitahu siapa pun.

Ralat, Vano termasuk ke pengecualian karena kemarin ketika tangannya di tarik oleh Vano ke kamarnya yang akhirnya mau tak mau membuatnya untuk memilih jujur saja.

"Wih gila, ternyata penyumbang dana terbesar untuk acara ini kakeknya si setan." Itu suara Bisma---teman seangkatannya Selatan, dan Vana berada di sana karena kebetulan juga di saat semua kakaknya serta temannya terpisah dan ia tak sengaja bertemu dengan teman-temanya Selatan serta Selatan yang asik berbincang.

"Widih, hebat amat kakek lo." Puji Indra, menepuk pundak Selatan yang hanya bisa tersenyum simpul. Ia merasa tak suka bila di banggakan seperti ini, apalagi membanggakan keluarganya.

Possesive BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang