Hidup itu untuk di jalani.
Kalau ada rintangan,
Tinggal lewati.-Ata L.B
"M-maksudnya gimana?"
Aura terdiam, ia hanya menatap lurus ke CPU. "Lo ada di luar dari jam berapa?"
"Jam 7 pagi, kenapa?"
Aura menghela nafas, kemudian melirik ke arah jam dinding yang kini menunjukan pukul tiga sore. "Dan Lo baru pulang sekarang?"
Indra mengangguk, sedangkan Alvin berusaha ikut memikirkan apa yang tengah aura pikirkan.
"Artinya, memang bener ada yang masuk ke apartemen ini. Terus hapus semua file dokumen, karena CPU nya hangat seperti barusan di pakai."
Indra langsung menyentuh CPU nya, dan benar saja. Rasanya hangat, "Tapi, kalau CPU doang gak bisa ngebuktiin kan? Ruangan ini panas, karena AC nya gak nyala. Bisa jadi karena itu."
Aura langsung menoleh, mendongak menatap AC yang berada di pojok sebelah kiri dekat rak buku tadi.
"Ada bukti lain lagi," ujar Aura, membuat Indra bahkan Alvin mengkerut heran.
"Apa?"
"Itu." Aura menunjuk ke arah lantai, tepat di bawah kaki Indra yang sedang duduk di kursi komputer. "Tetesan air, gue yakin itu air keringat. Dan," aura berjalan mendekat ke arah tong sampah yang kini di tumpuki dengan tisu yang cukup banyak sampai menggunung.
Aura mengambil satu tisu, dan menunjukan ke arah mereka berdua. "Tisu ini basah. Sudah jelas jika tisu ini di pakai baru saja untuk menyeka keringat, karena ruangan ini sangat panas."
"Tapi, kalau ruangan ini panas. Bisa aja kan, dia nyalain AC nya?"
Aura menggeleng, "Kalau kayak begitu, dia bakal mudah ketahuan sama Lo kalau kamar ini memang habis di masuki. Karena Ruangan ber-AC itu memang cepat dingin, namun Untuk membalikan suhu seperti semula itu membutuhkan waktu yang cukup lama."
"B-bentar, kalian ini siapa? Kenapa malah kayak detektif?" Indra menyorot curiga, membuat aura serta Alvin sedikit gelagapan.
Namun beruntung Alvin langsung mengalihkan, "Dia emang biasa gitu kok, kalau ada hal yang aneh pasti dia cari tau. Dan dia bukan bermaksud jahat kok, jadi jangan khawatir." Alvin menyengir kecil untuk bisa memastikan Indra.
Dan sepertinya berhasil, Indra langsung mengangguk pelan. Sedangkan Aura sedikit menghela nafas lega lalu tersenyum simpul membalas tatapan Alvin.
Aura berbalik badan, berjalan ke depan pintu dan kembali memperhatikan sandal rumah yang terlihat tak tersusun beraturan.
Kemudian ia kembali menyusul Alvin dan Indra yang masih berbincang kecil. "Kok sandal rumah Lo banyak banget? Lo gak tinggal sendiri?"
Indra menoleh, kemudian menggeleng. "Enggak, gue tinggal sendirian. Itu sandal temen sama adek laki-laki gue kalau berkunjung ke sini."
Aura mengangguk paham, sedangkan Alvin hanya diam menyimak. "Kalau boleh tau, kunci apartemen ini ada cadangan nya gak? Dan, kalau ada, siapa aja yang pegang kunci cadangannya?"
"Ada kok, kunci cadangannya ada empat. Tiga kunci ada di tiga temen dekat gue, dan satu kunci ada di adek gue."
"Lo kenapa ngasih kunci cadangan sama temen? Udah akrab bener kah?" Lidah Alvin sedikit berbelit ketika memakai kata Lo-Gue, ia belum terbiasa. Namun, jika ia tak pakai itu, bisa-bisa ia akan terus di katakan cupu oleh teman kampus nya.
"Ya, tiga temen gue itu sering ke sini untuk bantuin gue desain. Biasalah, gue anak arsitek, jadi kami sering ngabisin waktu di apartemen gue buat tugas kuliah. Makanya gue kasih kunci cadangan ke mereka supaya mereka gak nelpon gue lagi buat buka pintunya ketika gue lagi di luar." Jelas Indra panjang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesive Brother
HumorPunya pacar yang possesive memang lah epik. tapi, pernah juga gak sih? Lo bayangin untuk punya kakak yang possesive?. ✓✓✓✓✓ "Kak, aku pacaran boleh ga?" "Gak." "Kalau nikah?" "Gak! masih kecil." "Yaudah, kalau gitu putus aja." "Hah?" ✓✓✓✓✓ Queen Van...