L I M A

667 92 167
                                    

Sebenarnya hati Zero dongkol daripada membuat gadis di depannya menangis, karena sudah terlihat dari raut wajah Zena matanya sudah berkaca kaca. Akhirnya dengan keberatan hati Zero mengambil sterofom yang ada di tangan Zena.

"Sini, gue suapin gitu aja ngambek!?." Meski sedikit menekankan setiap katanya ia megambil sterofom lalu duduk di sebelah brankar Zena.

Zena merasa berhasil langsung mengembangkan senyum lebar di bibirnya, "makasih kak." Zero tidak menanggapi penuturan Zena, hatinya berat untuk mengangkat tangan memasukkan sendok yang berisi ketupat ke mulut Zena.

Zero menyuapi Zena dengan telaten meski pikiran dan hatinya tidak dapat di ajak kompromi, tatapannya datar ke depan.

🌼🌼🌼

"Annetha ayok ikut kita ke kantin aja, lo belum makan kan?." Netha menggeleng, memang sedari tadi ia belum makan sama sekali alasannya cuma satu ia menemani Zena di UKS, "nah pas banget kita teminin yok gas kantin." Sambung Abi, sambil memegang tangan Netha dan menariknya pelan diikuti Andra di belakangnya yang sudah berdecak kesal.

"Nah kumat deh, giliran cewek cakep aja ngebet lo." Sumpah serapah keluar dari mulut Andra yang berada tidak jauh dari mereka, beruntung ia hanya bergumam sehingga tidak terlalu terdengar oleh Abi.

Jam istirahat tinggal beberapa menit lagi, Netha tidak ingin memesan makanan hanya membeli beberapa chiki untuk mereka makan bersama sama dan jus, mereka bertiga menghabiskan waktu istirahat dengan canda gurau. Andra dan Abi ternyata receh banget, selama ini Netha mengenal mereka dari namanya dan hanya sedikit akrab dengan Abi karena Abi ketua dalam ekskul yang ia ambil.

"Kak Abi sama kak Andra, kalian receh banget sumpah." Netha tergelak saat melihat Andra dan Abi yang sibuk saling adu mulut sesekali saling memiting kepala. Mereka bertiga menjadi pusat perhatian beberapa murid yang masih berada di sana.

"Net coba lo tebak Andra tadi pagi mandi atau ngak?." Pertanyaan macam apa ini, Netha yang mendengar itu hanya bisa menahan tawanya sedangkan Andra yang menjadi bulan bulanan Abi melotot.

"Gila lo, gue mandilah emang lo kayak kebo." Balas Andra tak terima, Netha menggaruk tengkuknya bingung. Ingin tertawa melihat aksi mereka yang mulai receh. Pantas saja Zero betah bersahabat dengan mereka berdua, selain humble mereka juga asik dapat mengembalikan mood.

🌼🌼🌼

Malam ini rembulan tampak terang, bintang bintang pun juga memancarkan cahaya walaupun kecil jika bersatu di atas langit yang sudah berubah warna biru kehitaman mereka terlihat terang.

Zena berdiri di balkon kamarnya menatap langit yang begitu indah, bibirnya terangkat membentuk sebuah lengkungan kecil. Zena tersenyum mengingat kejadian saat di UKS tadi, dimana Zero menuruti permintaannya dengan jurus yang ia berikan.

Asik dengan pikirannya tentang kejadian tadi ia tidak menyadari jika sang Mama sudah berada di dekatnya, Mama memperhatikan wajah putrinya yang berseri dari samping, tangannya menjalar mengambil tangan putrinya, sontak Zena tersentak lalu menolehkan kepalanya menghadap Mama disebelahnya.

"Anak mama kenapa senyum senyum sendiri hm?." Goda Mama, Zena menggeleng pelan lalu kembali tersenyum. "Cerita sama Mama, hayo." Sambung Mama, kini pipi Zena merona ia memalingkan wajahnya ke arah Mama, menatap mamanya mesem mesem.

"Zena seneng ma." Zena menghela nafas pelan sebelum melanjutkan ceritanya, mama memperhatikan anaknya menunggu Zena melanjutkan ucapannya, "Zena bisa membuat luluh cowok yang Zena suka ma." Zena melanjutkan ceritanya dengan girang, mama tersenyum lalu mengelus rambut Zena.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang