S A T U

3.7K 161 301
                                    

Saat itu suasana kelas penuh dengan hiruk pikuk siswa siswi menyambut senang jam kosong, jam kosong salah satu hal yang paling menyenangkan selain jam istirahat dan pulang. Zena berjalan menerobos masuk kedalam kelas yang penuh sorak bergembira dari penghuninya, dengan penuh percaya diri Zena berjalan menuju bangku Netha, tanpa pikir panjang ia menarik kursi kosong di dekat gadis yang tampak serius membaca novel. Netha tidak menyadari kalau di sampingnya itu Zena bukan teman sebangkunya.

Zena merasa tidak diacuhkan oleh sahabatnya menoel pipi Netha dari samping membuat sang empunya spontan menolehkan kepalanya dan betapa terkejutnya ia mendapati Zena menunjukkan deretan giginya, sambil menggelengkan kepala ia mengelus dada heran kenapa bisa mempunyai teman seperti Zena.

"Astaga!?, Ngapain lo kesini? Ini kelas MIPA bukan Bahasa." Pekik Netha sedangkan Zena mendengus, mengubah raut mukanya menjadi cemberut, menatap kosong kearah depan.

"Gue juga tahu kali!?." Ucap Zena tak kalah keras, Netha memutarkan mata malas lalu fokus pada novel yang belum kelar ia baca, karena terganggu dengan adanya Zena.

Zena, gadis yang merasa di cuekin sama sahabatnya memanyunkan mulut ke depan lalu bersedekap menghadap Netha yang tampak acuh tak acuh, kesal Netha tidak mengalihkan pandangannya ia pun menyenggol lengan Netha dengan keras membuat sang empu melototkan matanya.

"Net, lo kan anak Osis nih." Netha menaikkan sebelah alisnya seolah olah mengatakan 'terus??', hal ini membuat jengkel Zena. "Lo deket sama ketos ganteng itu?." Netha menghembuskan nafas kasar, lagi dan lagi Zena membahas kulkas berjalan itu lagi. Entah terbuat dari apa isi otak Zena, yang di tanyakan tiap hari itu itu saja, padahal sudah berulang kali Netha mengatakan ia tidak ingin berurusan sama kulkas berjalan seperti 'ketos ganteng' kata Zena.

"Zen, udah berapa kali gue bilang kalau gue ngak mau berurusan sama tuh bocah, gayanya aja yang iyes tapi otak minus." Entah apa penyebabnya Netha begitu membenci Zero, ya ketua osis yang di maksud mereka itu Zero, sosok dingin dan bengis tapi anehnya kaum Hawa menggilainya termasuk Zena, Zena dengan muka baby face dan ketua cheers yang begitu di gilai oleh kaum Adam. Tapi yang membuat Zena heran kenapa Netha begitu benci sama Zero? Padahal cowok itu ganteng ganteng gimana gitu menurut Zena

"Net, lo comblangin gue dong sama dia, untuk apa punya sahabat kalau ngak bisa bantu sahabatnya sendiri, sahabat itu harus saling membantu satu sama lain." Kali ini Zena menunjukkan puppy eyes khas miliknya, Netha melihat pemandangan itu mengidikkan bahu, panjang kali lebar ia bicara dan hasilnya sia sia. Netha kembali memfokuskan matanya pada novel di tangannya, dengan ide cemerlang Zena mengambil kasar novel Netha.

"Balikin novel gue, Zen." Pintanya, seberusaha mungkin ia meraih dari tangan Zena tetap sia sia ternyata gadis itu picik dengan teganya meletakkan novelnya di fentilasi jendela yang tidak dapat ia raih. Zena lebih tinggi daripada Netha, ya cukuplah untuk ukuran anak cheers. "Ck!?, Nyebelin banget sih lo, gue tahu gue itu pendek ambil ngak novel gue!?." Suara Netha meninggi mengundang pasang mata dari seisi kelas, sedangkan Zena, ia malah diam menulikan telinga seolah olah tidak mendengar suara apa apa.

Tidak kehilangan akal Netha naik ke atas meja untuk mengambil novel miliknya tapi sangat di sayangkan belum sempat tangannya meraih novel, tangan Zena lebih dulu mengambilnya. Sebenarnya tinggi fentilasi jendela tidak tinggi tinggi banget akan tetapi mengingat tinggi Netha yang hanya seratus limapuluh dan hanya se dagu Zena membuat ia kesusahan menggapainya.

"Kalau mau novel lo balik harus bantuin gue ya?." Netha berfikir sejenak, menimang nimang perkataan Zena. 'mending biarin novel lenyap daripada harus repot mecahin zero.' Batin Netha.

"Ambil aja tuh novel, ngak butuh juga gue!." Perkataan yang keluar dari mulut Netha benar benar di luar dugaannya, dengan perasaan jengkel ia membanting novel Netha di atas meja lalu pergi keluar tanpa sepatah kata yang ia tinggalkan.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang