D E L A P A N

580 76 156
                                    

Happy reading!!!❤️

Engkau beku bak es, berjalan dingin bak kulkas. Suara berat selalu terngiang di telinga, aku mencintaimu atau aku terobsesi? hanya pertanyaan itu yang selalu muncul di benakku.

_dari aku untuk kamu_

Mulai hari ini seorang Zena akan melakukan misinya yaitu mendekati Zero, meskipun mereka memang sudah sedikit demi sedikit dekat, itu belum membuat puas Zena. Zena belum bisa merasakan ada perasaan berdesir dalam dirinya, padahal ia menyukai Zero.

Pagi pagi sekali Zena bangun dari tidurnya hanya untuk menyiapkan seporsi nasi goreng buatannya untuk ia bawa ke sekolah. Setelah sholat subuh Zena langsung masuk ke dapur tanpa mandi terlebih dahulu, dapur penuh heboh dengan dentingan alat dapur yang saling menyahut.

Pukul masih menunjukkan pukul setengah enam, mama sudah terjaga lalu masuk ke dapur dan betapa terkejutnya ia melihat putrinya yang asik memasak nasi goreng padahal menu sarapan kali ini bukan nasi goreng tetapi roti bakar.

Mama penasaran dengan Zena langsung saja ia berjalan menghampiri Zena, "Zena, sayang, kenapa buat nasi goreng sendiri?." Bukan apa apa Mama hanya terkejut dengan sikap Zena.

"Eh Mama, iya ma aku buat nasi goreng buat orang spesial eheheh." Cengir Zena, mama tersenyum membalasnya.

"Hm ya udah kalau begitu kamu lanjutin, mama buat sarapan untuk kita." Balas sang Mama, lalu melakukan aktivitas apa yang harus ia kerjakan.

🌼🌼🌼

Zena berjalan riang di koridor melompat lompat kecil seperti anak kecil, semua mata tertuju padanya namun gadis itu tidak peduli sama sekali toh satu angkatan juga tahu bagaimana sifat Zena jadi tak perlu risau.

Alzena terlahir dengan muka gemesin siapa juga yang tidak suka dengan dirinya. Laki laki satu angkatan juga mengagumi sosok Zena.

"Zena- huh - Zena- huh-." Spontan Zena membalikkan badannya dan melihat siapa orang memanggilnya ternyata itu Netha, sahabatnya, nafas gadis itu terengang engah tidak teratur.

"Habis ngapain Net, kok kayak habis di kejar kejar anjing gila komplek gue aja!?." Dalam keadaan begini masih saja Zena bercanda, Netha mengatur nafasnya sebelum ia memberi tahu kejadian yang telah ia lihat.

"Zero." Satu nama mampu membuat Zena melotot tidak bersuara Zena menunggu kelanjutan Netha, "Zero sama kak Zidan berantem." Apakah ia tidak salah dengar? Zero berantem? Sejak kapan cowok itu mau terlibat dalam pertarungan seperti itu? Zena menepuk nepuk pipinya berkali kali agar tersadar dan ini hanya mimpi ternyata tidak ini nyata.

"Serius lo Net?." Tanya Zena tidak percaya, Netha tidak mau membuang waktu langsung menarik Zena.

Tangan Zena di tarik menuju lapangan ternyata benar Zero sedang adu jotos bersama Zidan. Zena tidak tahu permasalahannya apa, semua orang hanya menonton tanpa mau melerai, bahkan Abi dan Andra tidak apa di sana mau tidak mau Zena harus melerainya dengan keberanian tinggi Zena menerobos kerumunan dan masuk dalam lingkaran.

Tepat saat dirinya berada tidak jauh dari Zero dan Zidan, Zena memekik.

"KAK ZERO, KAK ZIDAN!!!! BERHENTI KALIAN APA APAAN SIH INI MASIH PAGI!!!!." Pekik Zena, Zero melihat sekilas lalu tanpa peduli ia melanjutkan pukulannya tepat di muka Zidan. Posisi Zero kini berada di atas Zidan, sedangkan Zidan di bawah sana sudah terlihat tidak berdaya Zero membabi buta terus melanjutkan aksinya. Muka keduanya memang sama sama bonyok, lebih parah Zidan.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang