S E M B I L A N

631 77 154
                                        

HAPPY READING!!!!

"Hanya hati yang bisa mengutarakannya tanpa harus berbohong, mulut ku memang berkata i'm fine, hati menolak pernyataan itu."

_i'm fine_

"RESAH HATI INI TANPANYA MEMIKIRKAN DIA SELALU TENTANG DIA YANG MEMBERIKAN INDAHNYA CINTA UNTUK KU MILIKI MENGGENGGAM INDAHNYA DUNIA SAMPAI WAKTU MENGHENTIKAN SEMUA!!!." Meski nyanyian Abi dan Andra ada yang salah mereka tetap pede menyanyikannya, Zero menutup telinga rapat rapat suara sahabatnya memekakkan telinga.


"TUHAN MAAFKAN DIRI INI YANG TAK PERNAH BISA MELUPAKAN ANGAN TENTANGNYA!!!." Kini nyanyian mereka berganti, Zero geram langsung menimpuk kepala kedua sahabatnya itu dengan bantal, mereka kicep.

"Bisa diem ngak!?." Bentak Zero, kepalanya pusing malah di tambah pusing, Zero tinggal sendiri tanpa kedua orangtua, sahabatnya sudah pernah menanyakan kemana kedua orangtuanya tapi Zero selalu mengelak tidak pernah memberi jawaban. Banyak misteri yang belum terbongkar tentang Alzero Brathadikara Abelvan.

Rumah ini terlalu besar untuk ia tinggali sendiri, terlalu sepi untuk menyambut dirinya.

"Ngak!!." Kompak keduanya, benar benar menguji adrenalin. Mungkin jika tidak ada Abi dan Andra hidupnya akan hanya menjadi hitam putih, bertemu dengan duo somplak membuat ia bersyukur setidaknya hari harinya berwarna.

"Kalau kalian ngak diem angkat kaki dari sini!?." Ancam Zero dingin, Abi dan Andra yang akan melanjutkan nyanyiannya terurunngkan setalah mendengar suara dingin keluar dari mulut Zero.

🌼🌼🌼

Gabut satu kata untuk Zena. Malam mendung langit begitu kelam, bingung harus ngapain akhirnya ia memilih memainkan hpnya menscroll atas bawah video di aplikasi Instagram miliknya, pikirannya entah berjalan kemana yang jelas hidupnya malam ini sangatlah gabut. Baca novel juga tidak mengasikkan, mengganggu Netha juga tidak mendapat respond, rasanya hampa malam ini bintang tidak muncul bulan juga ikut ikutan tidak menampakkan cahayanya, hampa.

Zena guling guling diatas kasur hp miliknya telah di letakkan di atas nakas, sekarang harus apa, malam begitu dingin matanya juga tidak bisa terpejam. Siapa yang harus ia ganggu malam malam begini, guling guling salah satu cara menghilangkan kegabutannya.

Bugh.

Zena terjatuh, lantai kamarnya terasa dingin secepat mungkin ia berdiri, rasa pusing di kepalanya membuat ia oleng di kasur, sudah pusing tidak mau berhenti guling guling, malah lebih cepat ia guling guling, Zena memang abstrak dengan caranya sendiri.

Zero memandang foto dalam sebuah figura, di sana terdapat tiga bocah SMP sedang tersenyum lebar, hatinya sesak mengingat kejadian kala itu. Zero termenung di pinggir kasur ruang pribadi miliknya, ruang ini selalu terkunci rapat tidak membolehkan seorangpun masuk kecuali dirinya, pembantu rumahnya juga tidak di izinkan untuk membersihkan ruang ini.

"Gue kangen sama lo." Lirih Zero, mengusap foto itu. Kepergian dia membuat Zero terpukul jauh lebih terpukul dari yang di bayangkan. "Sama kebersamaan kita." Sambung Zero lirih, air matanya tanpa di minta mengalir begitu saja.

🌼🌼🌼

Matahari mulai menampakkan dirinya, sayup sayup mata Zena terbuka sinar matahari masuk melalui fentilasi jendela.

"Eughh..." Zena bangun lalu meregangkan otot otot badannya, mengumpulkan nyawa. Setelah dirasa nyawanya terkumpul Zena bangkit mengambil handuk lalu ke kamar mandi.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang