T I G A P U L U H D E L A P A N

290 14 3
                                    

HAPPY READING!!!

"Melihatmu terbaring lemah di atas tempat itu membuat dada ku lebih sesak di bandingkan apapun."

Netha masih dalam pelukan Andra, sedangkan Zero sudah duduk lemah di ujung bangku sana, Abi berdiri, bersandar di dinding. Mereka menunggu kabar dari dokter yang memeriksa Zena, sudah hampir setengah jam tapi dokter di dalam sana tak kunjung keluar.

Dari arah menuju tempat mereka berada, kedua orang paruh baya berlawan jenis tergesa gesa menghampiri mereka.

"Netha, bagaiman keadaan Zena?" tanya mama Zena dengan penuh kekhawatiran, Netha mendongakkan kepalanya lalu bangkit dan langsung memeluk orang di depannya.

"Ma-afin Netha ya tan, hiks, i-ini se-mua salah Netha, hiks..." Mama Zena membalas pelukan Netha sambil mengusap punggung Netha pelan, menenangkan Netha.

"Tidak sayang, ini semua sudah takdir, kamu jangan nyalahin diri sendiri."

Ceklek

Akhirnya apa yang di tunggu tunggu datang, seorang dokter pria lengkap dengan jas putih rapi melekat di tubuhnya keluar dengan wajah yang bisa di bilang ia akan menyampaikan kabar buruk.

Orang tua Zena segera mendekat, diikuti oleh Netha, Andra, Abi dan Zero.

"Bagaiman dengan putri saya dok?" tanya papanya Zena, dokter itu hanya tersenyum kecut lalu menggeleng pelan.

"Apakah kalian orang tua dari pasien?." Stela dan Aris kompak mengangguk menanggapinya.

Zero tidak ingin diam menyimak saja ia pun angkat suara, "apakah kondisinya baik baik saja dok?."

"Karena benturan yang sangat kuat pada bagian kepalanya dan pendarahan membuatnya koma." Jelas nya, matanya beralih kepada kedua orangtua Zena, "bapak sama ibuk mari ikut saya ada beberapa hal yang harus saya jelaskan." Mereka mengangguk lalu mengikuti langkah kaki dokter tersebut.

Mendengar kata koma seketika tubuh Zero melemas rasanya ingin menghabisi dalang dari semua ini, ini tidak bisa di diamkan Zero bangkit.

Namun saat ingin melangkah suara Andra lebih dulu menusuk indera pendengarannya, Andra yang sedaritadi memperhatikan gerak gerik Zero pun paham dengan apa yang akan di lakukan oleh cowok itu.

"Zer tahan emosi lo, ini bukan saatnya. Keadaan Zena lebih penting daripada lo buang waktu untuk hal yang ngak jelas." Zero menyunggingkan bibirnya sinis, apa ia tidak salah dengar? Tidak jelas katanya? Zero tidak membenarkan kata kata Andra.

Zero mengambil kerah baju Andra lalu mencengkeramnya kuat, "ngak jelas kata lo? Zena begini juga gara gara si bangsat itu tahu ngak lo!?." Emosi Zero saat ini tidak stabil, Abi yang menyaksikan kedua sahabatnya itu langsung memisahkan mereka takutnya Zero hilang kendali.

"Apa apaan sih kalian!? Ini rumah sakit," lerai Abi, Zero menghentakkan tangan Abi yang memegang pergelangan tangannya lalu berlalu begitu saja dengan emosi yang membuncah.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang