E M P A T P U L U H E M P A T

300 17 2
                                    

HAPPY READING!!!!

"Jika kembali mu hanya untuk memisahkan ku dengan seseorang yang aku cintai lebih baik tidak pernah kembali, uangmu sudah cukup membuatku menderita jangan tambah dengan penderitaan lain."




Seminggu sudah kejadian dimana Zidan memukuli Devgan membabi buta berakhirlah cowok itu di rumah sakit.

"Lo emang gila ya, untung aja dia ngak mati," ucap Zero datar. Andra dan Abi mendengar cerita dari Zidan sudah terpingkal pingkal padahal tadinya mereka sudah membayangkan jika endingnya Devgan bakalan mampus ternyata pupus.

"Ya bagus dong kalau dia mati, ngak ada lagi pengganggu."

"Jangan dong, kalau dia mati ntar ngak bisa main perang perangan lagi, kan ngak seru jadinya."

Zero dan Zidan merotasikan bola mata malas, kedua bocah ini benar benar minta di tampil mulutnya. Lemes amat kek cewek.

Hanya terjadi keheningan, beberapa menit sebelum kehinangan itu terpecahkan oleh sebuah kabar menggembirakan dari Andra.

"Kata Netha, Zena udah siuman." Hanya dengan kata kata itu mampu membuat tiga pasang mata mengalih kepadanya, yang tadinya sibuk memainkan ponsel masing masing kini menatap horor kearah Andra.

"Santai aja napa sih!." Sadar dengan tatapan tak mengenakkan ia langsung protes.

🌼🌼🌼

"Alhamdulillah...kamu udah sadar, mama kangen banget sama kamu." Stella mengusap pelan puncak kepala Zena penuh kasih sayang, Zena hanya menatap cengo ke arah mamanya itu bingung harus berbuat apa pasalnya ia tidak mengetahui siapa wanita paruh baya yang menyebut dirinya sebagai 'mama'.

"Kamu kok diem aja? Ngak kangen juga sama mama sama papa juga." Ia semakin bingung wanita ini sebenarnya siapa?, dan pria di sebelahnya ini juga siapa? Banyak tanda tanya memenuhi pikirannya.

Di liriknya gadis di sebelah kanannya, gadis itu tersenyum manis kepada lalu mengalihkan pandangannya kepada kedua orang beda genre di sebelah kirinya lagi.

"Nama aku siapa? Om sama Tante ini siapa?." Sontak Stella dan Aris terkejut dengar pertanyaan yang keluar dari mulut Zena.

"Dan...kamu siapa?." Kini beralih pada Netha sedang menatapnya senang, senyum mengembang di bibirnya memudar setelah ucapan Zena lolos dari mulut mungil gadis itu.

"Sayang.....apa kamu ngak inget sama mama." Zena menggeleng hal itu membuat hati Stella terluka ia pun memeluk suaminya dengan erat.

"Kita panggil dokter aja," bisik Aris, Stella mengangguk menyetujuinya.

Aris menekan tombol darurat, tak butuh waktu lama dokter pria yang merawat Zena pun datang dengan seorang suster di belakangnya.

"Tolong periksa keadaan putri saya dok!" pinta Aris, dengan cekatan dokter memeriksa Zena.

Setelah beberapa menunggu pemeriksaan pun selesai.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang