E M P A T P U L U H L I M A

305 13 3
                                    

HAPPY READING!!!

"Setelah kalian buang gue dan sekarang dengan mudahnya mungut gue lagi, mau kalian itu apa sih!?."

Zero memantulkan bola basket ke tanah, pikirannya mengarah pada dua orang baru di rumahnya setelah sekian lama meninggalkan dirinya sendiri. Orang tua Zero. Siapa lagi kalau bukan mereka, luka dulu di goreskan belum sepenuhnya hilang masih membekas di hatinya saat mendengar bahwa mereka pergi tanpa mengajaknya hatinya tersayat.

Semakin kencang ia memantulkan bola itu ke tanah menyalurkan segala emosinya, matanya berkaca kaca.

"Kenapa harus balik lagi sih!?" teriaknya menggema di area lapangan basket, ia hanya seorang diri di dalam sana.

Bugk!!!

Bugk!!!

Bugk!!!

Bola itu ia lempar ke keranjang basket beberapa kali namun bola itu tidak masuk kedalam sana, fokusnya melayang.

"Butuh temen cerita!?." Zero tak menghiraukannya, dari belakang sosok itu kian mendekat.

"Gue harus gimana!?." Suaranya terdengar parau saat sosok itu sudah ada di sampingnya dan merebut bola dari tangannya.

"Berjuang." Singkat, padat dan jelas. Memang selama ini ia kurang berjuang gimana, segala cara sudah di lakukannya mulai dari memacari Cheli secara terpaksa, dan menjauh dari cewek itu pun sudah ia lakukan. Sekarang letak kekurangan berjuangnya dari mana sampai cowok di hadapannya ini menyuruhnya berjuang.

Bibirnya terangkat tercetak di sana senyum samar, "berjuang yang kek gimana maksud lo? Apa selama ini perjuangan gue kurang hah!?."

"Gue rela ngelakuin apapun demi dia dan ngak ngedeketin dia demi keselamatannya, apa itu kurang!?."

"Dan pada akhirnya dia juga berakhir di rumah sakit, kan?." Memang, ini juga kesalahannya tidak menjaga atau memberi peringatan pada gadisnya, ia berfikir dengan tidak mendekati Zena, Devgan tidak mengincar gadis itu ternyata dugaannya salah Devgan tetap mengincarnya.

Zero diam, lidahnya kelu saat ingin mengucapkan kata kata. Menjambak rambutnya frustasi hidupnya benar benar berat baginya.

Semua dimilikinya tidak pernah berlangsung lama dan menetap satu persatu pergi meninggalkannya tanpa pamit, tanpa ucapan selamat tinggal.

🌼🌼🌼

Beberapa Minggu ini kondisi Zena mulai membaik, perlahan lahan ingatannya kembali kini gadis itu berada di taman rumah sakit bersama Netha, dirinya masih belum di bolehkan pulang sebab kepalanya belum sepenuhnya pulih jika di paksakan takutnya akan terjadi hal fatal.

"Cowok kemaren siapa ya Net?." Netha menghentikan sendok di tangannya yang sedang ingin menyuapkan bubur ke dalam mulut Zena, menatap heran kepada Zena.

"Lo ngak inget sama dia emang?." Zena menggeleng, dari hati paling dalam pikirannya belum sampai kepada lelaki tampan yang mengunjunginya kemarin.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang