D U A P U L U H L I M A

355 25 0
                                    

HAPPY READING!!!

"Hancur yang sebenarnya ketika melihat orang yang kita sayang tersakiti."


Netha merasa ada yang tidak beres sejak tadi, pasalnya biasanya Zena akan berkoar koar di depan pintu kantin untuk menemuinya sekarang tidak. Bagi Zena menemukan Netha tidaklah sulit jika tidak ada di kelas ya di kantin sekarang Netha bersama Andra hanya sekedar menemani Andra makan awalnya Netha tidak mau namun Andra memaksanya terpaksalah berakhir di kantin berduaan ia juga lupa memberi tahu Zena keberadaannya.

"Kak Andra, gue duluan ya mau cari Zena biasanya kalau udah istirahat gini dia udah heboh kalau lihat kita berdua duduk disini." Ucap Netha dengan raut wajah cemas, Andra melihatnya jadi berfikir lalu mengalihkan pandangannya kearah pintu kantin biasanya Zena akan melakukan apa yang di katakan Netha barusan.

"Iya ya, mungkin ngambek sama lo kali." Bukannya menenangkan orang lagi khawatir ia malah memberi api pada kompor yang mati.

"Ih kak Andra, Zena tu meski ngambek sama gue pasti nyariin juga ujung ujungnya kok. Udah ah gue mau cari Zena dulu bisa jadi ada di rooftop." Netha bangkit dari duduknya segera ia berlari kecil menuju keluar kantin tanpa sadar langkahnya membawa dirinya ke arah gudang firasat selalu berkata bahwa ia harus melewati gudang.

"Jauh lewat sini kalau mau ke rooftop." Protes Andra, Netha tidak mengacuhkan ucapan Andra.

Hanya langkah kaki mengiringi mereka, Andra terus mengikuti tanpa mengeluarkan sepatah kata lagi ia berusaha menyamakan langkah kakinya dengan Netha.

Netha berhenti di depan pintu gudang yang tampak terbuka sedikit, firasatnya mengatakan bahwa Zena berada di dalam sana. Tidak mau bergulat dengan pikirannya sendiri ia pun langsung melangkah menuju pintu gudang, Andra masih setia mengikutinya dari belakang.

Melebarkan pintu gudang agar dirinya bisa masuk kedalam sana, betapa terkejutnya ia melihat Zena terbaring lemah di lantai segera ia berlari menghampiri Zena, meraba pipi Zena terasa panas bercampur dingin dengan bibir pucat.

"Kak Andra tolong bantu gue bawa Zena ke UKS kak. Cepat!!." Andra dengan sigap langsung menggendong Zena ala bridal style berjalan cepat menuju UKS. Netha tidak henti hentinya meracau.

🌼🌼🌼

"Cepat panggil dokter!!" Perintah Netha kepada petugas UKS kebetulan anak kelas sepuluh yang menjaga. Tanpa pengulangan anak tadi langsung berlari kecil menuju ruang guru untuk memberitahu kebenaran dan meminta untuk dokter ke sekolah.

Netha menggosok gosok telapak tangan Zena menggunakan kedua tangannya, memberi kehangatan pada Zena. Raut panik tercetak di wajahnya matanya tidak sengaja beralih ke wajah Zena disana terdapat lebam di bagian sudut bibir.

Andra, lelaki itu pergi untuk membeli teh hangat di kantin, di dalam hanya menyisakan Netha dan Zena. Menyibakkan sedikit rambut yang menutupi wajah lebamnya.

"Zen...lo kenapa sih," ucap Netha lirih, ia ingin mengeluarkan air mata tapi air mata itu tidak bisa keluar.

Dokter dan juga beberapa guru datang, lalu memeriksa kondisi Zena, Netha menggigit bibir bawahnya menahan khawatir.

"Tidak perlu khawatir Zena hanya demam biasa kok," ucap Dokter yang memeriksa kondisi Zena, para guru dan Netha hanya mengangguk.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang