E N A M B E L A S

424 33 1
                                    

HAPPY READING!!!

"Kenapa aku harus marah jika dia bersama yang lain, toh di bukan milikku. Tapi tetap tidak rela melihatnya.



Zidan baru saja keluar dari UKS niat ingin ke kelasnya namun tiba tiba saja berhenti karena melihat Zena membawa beberapa tumpuk buku paket dari perpustakaan. Senyuman terukir di bibirnya, memastikan keadaan dirasa aman ia langsung berjalan kearah Zena.

Zena tampak kesusahan, tubuh mengilnya tertupi oleh beberapa buku. Tega sekali guru Bahasa Indonesia sudah tahu badan Zena kecil malah di suruh mengambil buku dalam jumlah sepuluh, ya tidak terlalu banyak namun itu keberatan bagi Zena, bukunya tebal tebal pula. Lebih parahnya guru itu menyuruhnya sendiri tidak membolehkan membawa teman, kan ngeselin.

Menghela nafas kasar, pasrah. Lagipula mau protes gimana lagi orang ia sudah menjalaninya.

"Hai, Zena." Zena tersentak mengelus dada terkejut, tangan kekar tiba tiba memegang bahunya. Menolehkan kepala di lihatnya siapa pelakunya ternyata terdapat Zidan tersenyum kearah dirinya.

"Astaghfirullah kak, ngagetin aja." Ucapnya memejamkan mata lalu menghembuskan nafas lega.

"Hehe sorry, mau gue bawain bukunya?." Tawar Zidan, kasihan badan kecil bawa buku sebanyak ini nanti yang ada malah jatuh berantakan.

"Gapapa nih kak?." Ragu ragu Zena bertanya, Zidan gemes mencubit pipi Zena. Suara Zena ini selalu lucu terdengar. "Isss kok malah pipi gue di cubit sih."

Zidan tergelak lalu segera di ambilnya buku di tangan Zena. Membawakannya sampai kelas, mereka berdua berjalan beriringan menuju kelas bahasa.

"Kak Zidan habis darimana?." Daripada hening mending bertanya.

"Dari UKS." Jawab Zidan santai, Zena melotot terkejut tangannya mengulur ke kening Zidan untuk memeriksa keadaan laki laki di sampingnya itu. Tidak terasa panas atau apa terus ngapain Zidan ke UKS.

Zidan diam menikmati raut khawatir Zena, tersenyum tipis.

"Ngak panas tuh." Gumam Zena, Zidan langsung tergelak.

"Yang bilang panas juga siapa." Masih tawa mengiringi, Zena mengernyit.

"Terus ngapain ke UKS?." Pertanyaan dari Zena membuat Zidan tersenyum miring.

"Gue ke UKS itu tidur, capek gue di kelas." Jelas Zidan, sejenak Zena membulatkan mulut, sedetik kemudian tersentak.

"Apa!?, Jadi lo bolos!?." Zena meninggikan suaranya, astaga ini jam pelajaran mereka juga melewati kelas yang sedang melangsungkan pelajaran melihat kearah luar.

"Ssstt, suara lo." Sergah Zidan memutar bola mata malas, Zena terkekeh kikuk. Wajar saja jika seorang bad boy seperti Zidan bolos, kenapa Zena harus terkejut.

"Habis ini ke kelas atau bolos?." Zidan tidak niat masuk kelas sama sekali, toh percuma jika masuk kelas dan kena omel ujung ujungnya pasti membandingkan dirinya dengan Zero, cuih ia malas mendengar itu.

"Bolos." Singkat Zidan, memberi jeda sebelum melanjutkan penuturannya. "Pulang nanti bareng gue aja, temenin gue beli hadiah buat bunda, bunda gue mau ultah bentar lagi." Mendengar itu tentu saja Zena mau, banget malahan.

"Ayok kak!?." Balas Zena semangat empat lima. Zena terdiam, ia harus pulang sama Zero bagaimana ini.

"Hmm kak, ngak jadi deh nanti kak Zero marah." Ucapnya dengan kecewa sebenarnya ia sangat ingin ikut dengan Zidan tapi ia harus memikirkan Zero. Zidan tersenyum miring.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang