E M P A T P U L U H D E L A P A N

325 17 0
                                    

HAPPY READING!!!!

"Aku mencintaimu tanpa alasan walau awalnya terganggu dengan kehadiran mu."


Waktu terus bergulir, hari pun terus berganti, seminggu sudah setelah pelepasan Osis dan peresmian pengurus Osis baru.

Zena tengah asik menikmati hembusan angin sepoi sepoi di taman komplek rumahnya, sore hari ini langit tampak cerah dengan menampilkan warna jingga yang indah.

"Hai, Zena," sapaan itu membuat Zena membuka matanya dan menatap gadis di depannya sedang melambaikan tangannya.

Setelah tahu siapa yang menyapa Zena memutar bola mata jengah ternyata pemilik suara itu Zila.

"Mau apa lo?" sarkas Zena mood sungguh hancur melihat wajah Zila bukan apa apa Zena tidak suka jika Zila dekat dengan Zero.

"Boleh gue duduk di sini?" tunjuknya pada tempat kosong di dekat Zena, Zena hanya berdehem sebagai jawaban.

"Kamu masih marah sama aku?." Zena tidak menanggapinya penuturan Zila, "gapapa kalau kamu masih marah, aku cuma mau ngasih tahu kalau Evan itu sayang banget sama kamu, cinta juga."

Zena melebarkan matanya terkejut, bagaimana bisa cowok itu mencintai dia padahal selama ini cowok itu selalu memasang tampang biasa saja pada nya.

"Ngak mungkin, kak Zero aja kalau sama aku selalu marah marah ngak jelas," curhat Zena, Zila tergelak tak habis pikir dengan sahabatnya itu masih memiliki sifat sama seperti dulu, gengsi banget.

"Hahaha, kamu tahu gengsi ngak?." Zena mengangguk sekilas, "itulah dia, dia itu gengsi an orangnya."

"Gue mau nanya lo kok bisa tahu tentang gue?."

"Evan sering nyeritain tentang kamu ke aku, kamu percaya ngak aku pernah masuk rumah sakit jiwa?." Pertanyaan itu tentu saja membuatnya terkejut, gadis polos nan cantik di depannya ini masuk rumah sakit jiwa, jawabannya tidak.

Zena menggeleng, "kamu aja ngak percaya tapi aku ngalaminya, kamu tahu setiap kali Evan jenguk in aku dia selalu curhatin masalah hatinya ke aku, ceritain tentang kamu ke aku, dia juga selalu bilang kalau dia itu cinta banget sama kamu terus katanya kalau tiap deket sama kamu bawaannya ngak pengen jauh jauh lagi, pengen deket terus sama kamu tapi dia gengsi."

Zena mendengar melongo tidak percaya, "masak kak Zero gitu?."

Zila mengidikkan bahunya, "percaya ngak percaya tapi kenyataannya begitu."

Entah harus mengeluarkan ekspresi bagaimana, antara senang atau malah sebaliknya.

"Oh iya, waktu kamu koma di rumah sakit kemarin Evan sedih banget bahkan makan pun dia ngak mau jangankan makan tidur saja ngak sama sekali." Zena mengerjakan matanya tidak percaya, sebegitunya Zero padanya.

"Lo kenapa bisa masuk rumah sakit?." Raut wajah Zila tiba tiba berubah dan menunduk Zena yang paham pun merasa bersalah, "sorry, kalau ngak mau cerita gapapa kok." Zena mengusap punggung Zila.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang