L I M A B E L A S

476 56 83
                                    

HAPPY READING!!!

Bertemu dengan mu menciptakan suatu keindahan tersendiri yang terselip di hatiku.

_you_

Siang ini matahari begitu menyengat kulit, apalagi siang ini Zena harus berjemur karena satu kesalahan yang ia buat tadi saat istirahat, bersama dengan Kyra teman satu kelas, memang di kelas sebelas Bahasa satu Zena dan Kyra sering berbuat ulah. Kalau ngak di jemur ya bersihin gudang kalau tidak bersihin kolam berenang dan masih banyak lagi.

"Ra panas banget ngak sih." Gerutu Zena, tangan yang tadi berada di atas pelipis kini sudah berada di samping tubuhnya dengan sedikit menunduk menggelepaikan tangan.

Kyra tidak peduli tetap hormat biarkan panas matahari membakar dan keringat telah bercucuran tidak ia pedulikan.

"Zen cabut aja yok, ngak kuat lagi gue nih." Kyra menyerah, rasanya ingin mati jika lama lama di jemur begini, mau tahu kenapa mereka bisa di jemur jawabannya simple mereka sedikit menjahili guru matematika, guru ini guru terkiller se SMA Garuda. Tidak parah kok hanya menempelkan lem pada kursi guru, itu saja ngak lebih.

"Ngak mau cari mati gue, Ra." Zena memalingkan penglihatannya ke arah samping, matanya menyipit menahan sinar matahari.

"Kan kita udah biasa kek gini Zen." Kyra tidak mau kalah bagaimanapun harus kabur dari sini. Tentunya harus mengajak Zena jika ia saja yang harus kena hukum lagi tidak seru, serunya berdua. Dasar.

Zena menempelkan jari telunjuknya di dagu memukul pelan seperti orang berfikir, "iya juga ya, tapi gue capek kalau kena hukum lagi kalau hukumannya di kasih makan gratis di kantin juga gue mau mau aja lha ini nanti kita di suruh bersihin gudang lagi, ngak mau ah!." Tolak Zena, biarkan saja hormat sampai jam istirahat kedua daripada membersihkan gudang, apalagi gudang itu banyak tikusnya.

"Kabur aja yok, lo mau pingsan lagi?." Rengek Kyra, menggoyang goyangkan tangan Zena membuat sang empu oleng ke kanan kiri.

"Ck!?, Iya iya ayok ribet amat lo." Melepaskan tangan Kyra dari lengannya.

🌼🌼🌼

Si dingin tapi tetap jadi primadona sekolah barusaja keluar dari ruang Osis, membawa beberapa lembar kertas membacanya sambil berjalan siapa lagi kalau bukan Zero, dari arah yang sama Zena dan Kyra berlarian menghindari seseorang. Zero tidak menyadari itu, samar samar suara Zena terdengar di telinga, Zero menatap kilas ke depan kosong tidak ada apa apa, tetap cuek lalu melanjutkan membaca kertas di tangannya.

Zena dan Kyra berlari beriringan, sudah mereka duga bapak berkumis tebal mengejarnya.Punya nama lho bapak Santoso namanya guru BP yang sudah di beri amanah oleh guru matematika untuk menjaga duo perusuh kelas. Biasa di panggil bapak berkumis daripada nama aslinya, karena ketebalan kumisnya jadilah murid di sini memanggilnya begitu, awalnya pak Santoso tidak terima seiring berjalannya waktu ia pun memaklumi.

"RA CEPAT NANTI KITA MAMPOS!!!." Teriak Zena menggema di seluruh koridor, kelas sedang berlangsung terganggu sebab pekikan itu.
Lari Zena begitu cepat, Kyra saja sudah berubah posisi dari disisinya kini sudah berada tak jauh di belakang gadis itu.

Meskipun sudah mendengar suara teriakan, Zero tetap tidak peduli, bodo amat teguh pada pendirian toh masih jauh juga orangnya.

"ADUH RA, LELET AMAT SIH!!." Menoleh ke belakang melihat Kyra sudah ngos ngos an berhenti, sedangkan bapak berkumis sudah tidak jauh lagi dari mereka.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang