T I G A P U L U H T U J U H

278 14 2
                                    

HAPPY READING!!!

"Kepuasaan ku bisa melihat musuhku terpuruk karena ulah yang ku ciptakan sendiri."

"Eh botak!! Lepasin gue napa, sesek nih tangan lama lama di iket." Orang yang Zena panggil 'botak' itu spontan membalikkan badannya dengan geram, berani beraninya cewek ini memanggilnya botak, padahal kepala licin mulus dan tampang gagah gini di bilang begitu, astaga.

"Berisik lo, bocah!!" bentaknya, Zena memasang muka imut yang di buat buat.

Berpikir sejenak, masih dengan memasang wajah seperti tadi. Bagaimana caranya agar bisa lolos, "ekhem.....pak botak yang baik hati dan ganteng, Zena pengen pipis boleh tolong lepasin iketannya ngak, udah ngak bisa tahan lagi udah di ujung nih...." ucap Zena sedikit memelas, matanya berbinar berharap cowok di depannya ini luluh dan mau membukakannya tali yang melekat di tangannya.

"Alah.....,alasan lo. Gue ngak percaya!!." Zena  menghela nafas berat, ternyata cowok di depannya ini susah di kelabui.

"Ini beneran, emang kalo gue pipis di celana lo mau tanggung jawab apa?." Mendengar perkataan Zena membuat Rian berpikir antara percaya atau tidak jika ia lepaskan dan ternyata gadis itu berbohong ia yang akan habis di tangan bos nya tapi kalau di biarkan dan ternyata gadis itu beneran bisa bisa ia sendiri yang repot. Bimbang.

"Cepetan di buka napa sih malah bengong lo, udah di ujung nih elo mau tanggung jawab kalo gue pipis di celana." Tanpa pikir panjang lagi Rian berjalan ke arah Zena untuk membukakan ikatan di tangan Zena, ia melakukan ini karena melihat raut wajah Zena yang tampak serius dan tidak ada tanda tanda mencurigakan di sana.

Setelah ikatan itu terlepas, Rian tidak melepaskannya begitu saja cowok itu mencengkal pergelangan tangan Zena.

'ternyata kalah pinter gue.'

Batin Zena.

"Gue anter lo, awas aja kalo lo coba coba kabur," ancam Rian, Zena memutarkan bola mata malas.

"Bacot lo, cepetan udah di ujung banget nih." Zena berjalan mendahului Rian namun tetap terbatas karena tangannya masih pegang oleh Rian.

🌼🌼🌼

Didalam mobil milik Andra sudah ada Abi dan juga Netha, sejak tadi Netha tidak henti hentinya mengomel membuat mobil yang tadinya hening berubah menjadi heboh dengan adanya Netha.

"Kak, lo bisa kencengan ngak sih bawa mobilnya, daritadi ngak nyampe nyampe heran gue," gerutu Netha, Andra hanya bisa pasrah sambil berdecak.

Mau gimana lagi jalanan sore ini macet apalagi di luar sana hujan turun dengan lebat.

"Lo mau mati atau gimana sih? Ngak lihat apa di depan macet?." Bukan Andra yang menjawab melainkan setan di belakang jok siapa lagi kalau bukan Abi, ia sedari geram sendiri mendengar Netha yang membacot.

"Apaan sih kak, sewot aja lo!!." Sentak Netha.

"Udah lah ngapain sih ribut ribut, lo juga Net udah tahu di depan macet masih aja bacot!!." Betah yang mendengar hal itu keluar dari mulut Andra terkejut tidak biasanya cowok itu bicara dengan nada tinggi seperti itu kepadanya, begitupun dengan Abi, tidak menyangkanya.

Setelah bentakan itu, meskipun Andra tidak berniat membentaknya tapi menurut Netha cowok itu membentaknya. Netha terdiam lalu menatap luar jendela jujur hatinya terasa sakit ingin rasanya menitikkan air mata tapi ia tahan, bagaimana bisa cowok yang bukan siapa siapa baginya membentaknya sedangkan papanya sendiri saja tidak pernah membentaknya.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang