D U A P U L U H E N A M

368 22 0
                                    

HAPPY READING!!!

"Sejujurnya aku khawatir hanya saja aku tahan karena gengsi dan ego ku menguasai"

Karena kondisinya masih belum stabil Zena memilih tidak masuk sekolah, berbaringan di atas kasur tidaklah mengasyikkan bangun duduk pun tidak bisa kepalanya masih sangat pusing jadi hanya bisa berbaring.

Tok

Tok

Tok

Pintu kamarnya di ketuk beberapa kali dari luar, di liriknya jam di dinding ternyata sudah menunjukkan pukul tiga sore itu artinya ini jam pulang sekolah. Tadi sebelum jam sekolah Zena sempat menelpon Netha menyuruhnya kesini.

"Masuk Net, ngak gue kunci," knop pintu pun di putar perlahan menampilkan sosok gadis dibalik pintu.

Netha berjalan santai kearah Zena, "gimana keadaan lo?" Tanya nya, mendudukkan bokongnya di tepi kasur Zena.

"Masih pusing Net," jawab Zena, Zena belum memberi tahu apapun kepada Netha, ia belum bisa cerita karena ini menyangkut hal paling ia benci yaitu mengingat sesuatu menyakitkan.

"Lo kenapa bisa ada di gudang kemaren?," Ucap Netha dengan nada khawatir, Zena menyengir kuda.

"Kemarin gue dihukum bersihin gudang Net," jawab Zena sedikit gugup namun kembali ia netralkan.

Netha berusaha mencari kesalahan dalam Zena menatap Zena lekat hal itu membuat Zena memalingkan wajahnya agar Netha tidak lebih dalam lagi melihat dan mencari celah dalam diri Zena.

"Bohong lo, kita kenal udah berapa tahun? Sebulan? Setahun? Atau seminggu hm?." Kali ini Netha tidak main main dengan perkataannya Zena masih acuh ia malas jika harus mendengar celotehan Netha lebih baik pura pura tidak mendengar.

"Masih ngak mau jawab, udah hampir lima tahun kita bareng masih tetap mau nyembunyiin hal hal beginian hm?." Netha tahu betul Zena, gadis itu tidak akan buka mulut jika tidak di paksa, "kalau ngak mau cerita mending tadi gue ngak usah kesini, percuma. Yang di khawatirkan tidak peduli dengan dirinya sendiri." Netha bangkit dari duduknya, Zena segera menahan tangan Netha menyuruh gadis itu tetap disini bersama dirinya, jangan sampai gadis di sampingnya itu ngambek atau marah padanya.

"Jangan pergi Net, masak tega sih tinggalin gue," bujuk Zena dengan nada imut matanya juga berbinar.

"Mau cerita atau gue pergi?," datar Netha sambil melipat tangannya di depan dada. Ini cara ampuh untuk membuka mulut Zena kalau tidak ada acara seperti ini mana mau Zena buka mulut sampai kapanpun. Gadis ini ingin selalu terlihat kuat padahal dirinya sendiri lemah, itulah Zena.

"Iya gue cerita," pasrah Zena, Netha mengembangkan senyum lalu segera duduk di dekat Zena berbaring.

"Bagus!," Tutur Netha.

"Kemaren waktu gue mau nyamperin lo ke kantin gue diseret sama kak Cheli juga geng nya, padahal badan gue emang udah lemes banget kepala gue juga pusing tapi seolah mereka tidak peduli terus aja seret seret sama megang tangan gue kenceng banget, sakit." Tepat kata 'sakit' Zena melemahkan suaranya bekas cekalan itu masih membekas di pergelangan tangannya.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang