E M P A T P U L U H E N A M

308 17 1
                                    

HAPPY READING!!!

"Dunia begitu menikam untuk ku yang lemah."

  

Sudah dua hari Zero tidak pulang ke rumah sejak kejadian itu ia lebih memilih tidur di markas daripada di rumah bertemu dengan orang tuanya yang tak henti henti memaksanya.

Entah kenapa semesta tidak pernah berpihak padanya, selalu saja bertolak belakang dengan apa di inginkannya. Sesulit ini kah untuk menang melawannya.

"Woy!." Zero sedikit terjingkat ke belakang mendapat tepukan secara tiba tiba melihat kilas orang yang telah menepuknya, kembali ia datarkan raut wajahnya lagi memandang kosong ke depan.

"Ada masalah apa? Gak mau cerita gitu?." Pertanyaan dari Abi di hiraukannya fokusnya tetap ke depan sambil menopang dagu menggunakan tangan sebagai panduannya.

Abi mengidikkan bahu acuh dirinya saja sekarang juga mempunyai masalah, ya masalah dengan Kara belum dapat ia atasi, duduk di sebelah Zero mengambil sebatang rokok di atas meja ia menyalakan rokok itu dan di hisapnya dalam.

"Bokap sama nyokap gue balik." Abi mengangkat sebelah alisnya bertanya. "Mereka maksa gue untuk ikut sama mereka."

"Terus keputusan lo gimana?."

Zero menggeleng pelan, "gak akan."

🌼🌼🌼

Senin, hari ini adalah hari dimana untuk pertama kalinya Zena melangkahkan kaki ke sekolah setelah hampir dua bulan tidak bersekolah pasca kecelakaan.

Senyum indah dan muka berseri seri terampil di wajah cantik nan menggemaskan. Dari pintu gerbang hingga koridor tidak luput dari pandangan murid murid di sana, berbagai respond ia dapatkan ada yang tersenyum ramah kepadanya ada juga yang menyapanya dan ada yang menatapnya tidak suka.

Berusaha tidak memperdulikannya Zena tetap melangkahkan kakinya menuju kelasnya, masa bodo sama ocehan ocehan tidak berguna dari para murid di sekitar sana.

Bruk!!

Karena menunduk saat berjalan ia menabrak dada bidang nan kenyal reflek ia mengelus keningnya.

"Aduh, siapa sih lo main nabrak nabrak aja punya mata ngak sih!?." Tanpa melihat siapa pelakunya ia terus sumpah serapah keluar dari mulutnya sembari mengelus elus keningnya.

"Udah salah nyolot lagi." Suara datar nan dingin itu menembus pendengarannya ia pun mengalihkan pandangannya ke depan menatap siapa pemilik suara itu.

"Ah elo ternyata, eheh." Zena merasa canggung saat ini. Baru saja masuk sekolah bukannya kesenangan malah apes.

"Mau di anter ngak?." Terdengar bukan seperti pertanyaan melainkan pernyataan, suara cowok ini tidak berubah selalu saja singkat dan tak beralamat serta masih saja dingin kepadanya.

"Makasih, gue tahu jalan ke kelas kok," tolak Zena menggeser sedikit badannya ke samping untuk mencari jalan belum sempat ia melangkah tiba tiba terhenti dengan aksi tiba tiba dari Zero merangkulnya Zena membelalakkan mata terkejut.

Laki laki yang di tabraknya itu Zero, "gue anter."

Zena menggerlingkan matanya, "kalau akhirnya maksa kenapa harus nanya." Zero tak menanggapinya tetap merangkul bahu Zena pergi dari sana menuju kelasnya.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang