E M P A T P U L U H S A T U

297 13 5
                                    

HAPPY READING!!!

"Kehadiran mu saat ini lah yang aku tunggu tunggu, bukan hanya aku tapi masih banyak orang yang menunggumu kembali."

Hari ini dimana Zero dan Zila mengunjungi Zena di rumah sakit, kondisi Zena masih sama belum sadar dari komanya. Sejak pagi Zila tak henti hentinya merengek pada Zero agar cowok itu mengajaknya bertemu dengan Zena, rasa tidak sabar menyelimuti dirinya.

Sekarang cewek itu tengah berayun manja di lengan Zero, "ayolah, Ila udah ngak sabar pengen ketemu sama Zena," rengeknya, Zero menatapnya dengan senyuman sedangkan Zidan terkekeh geli sejak tadi, adiknya ini benar benar ajaib.

"Bentar lagi aja kita kesana ya, sekalian nanti Evan traktir makan bakso, mau?." Mata Zila berbinar, menandakan ia mau.

"Mau banget!!" Serunya dengan semangat.

Tangan Zero beralih mengacak rambut Zila, "pinter." Sambil terus mengacak acak rambut Zila, gadis itu mengerang kesal karena rambutnya berubah menjadi kusut.

"Iiiihh, Evan kusut rambut Ila!!!" Kesal Zila, ia merapikan rambutnya yang kusut.

"Dan, lo ikut ngak?." Zidan menggeleng pelan, selama ini Zidan jarang menemui Zena, komunikasi mereka sedikit renggang karena beberapa kesibukan dari cowok itu.

"Besok aja, gue sibuk hari ini," balasnya. Memang hari ini ia sangat sibuk, membantu sedikit dan mempelajari mengenai bisnis yang di kelola papanya. Papanya menuntutnya untuk mulai mempelajari aset aset karena setelah lulus SMA ini ia akan melanjutkan perusahaan papanya tentunya sambil kuliah. Tidak ada waktu bermalas malas atau bermain main baginya lagi.

"Kak, sekarang aja Ila pengen juga pergi sama kakak," bujuk Zila, semenjak gadis ini pulang dari rumah sakit permintaannya selalu banyak.

Zidan menggeleng, tersenyum ke arahnya dan mengacak rambut Zila, "ngak bisa, kalau kakak pergi papa bakal marah, emang Ila mau kakak di marahin papa, hm?," Ucap Zidan memberi pengertian pada Zila, Zila mengerucutkan bibirnya.

Zila menghela nafas berat, "iya deh." Ia pasrah jika sudah berhubungan dengan papanya, sebenarnya papanya tidak lah kasar namun demi melupakan sang bunda melampiaskan segala amarahnya pada anak anaknya.

🌼🌼🌼

Seorang gadis dengan rambut sebahu tengah menatap sinis kearah gadis yang tengah terbaring di atas brankar, alat oksigen melekat di hidungnya, serta impus yang terpasang di punggung tangannya.

Wajahnya mendekat, menatap tajam wajah gadis itu di belai rambut Zena.

"Gue pikir pikir mending lo ngak usah bangun aja sekalian, pasti bakal seru, bukan?." Cheli mengangkat sebelah alisnya bergantian, menatap sinis kearah Zena yang masih setia terbaring, tanpa membuka matanya.

Sebelum meloloskan rencananya, Cheli memain mainkan rambut Zena, tergerai indah.

"Gue mulai deh, daripada lo tersiksa mending gue percepat kepergian lo." Tangannya teralih untuk menyentuh alat oksigen, saat tangannya sudah tersentuh dan ingin melepaskan alat itu tiba tiba terdengar tawa lepas dari luar, menuju ke dalam kamar inap Zena.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang