T I G A P U L U H E N A M

274 16 0
                                    

HAPPY READING!!!

"Semua akan berubah seiring dengan berjalannya waktu"

Seorang gadis anggun sedang bersantai di atas brankar miliknya, setelah beberapa tahun melakukan perawatan pada mentalnya akhirnya secara bertahap kondisinya stabil meskipun trauma tentang kejadian itu masih belum sepenuhnya hilang dari ingatannya.

Diliriknya jam pada dinding, sudah pukul tiga sore namun abangnya ataupun lelaki yang selalu menemaninya tak kunjung datang meskipun kedua lelaki itu tidak akur.

"Abang kemana sih, Evan juga ngak datang," lirih nya, ia merasa sedikit ketakutan tidak biasa dirinya sendiri sampai sore begini.

Mata lentiknya tak sengaja melihat ke arah pintu, disana sudah berdiri seseorang yang sangat familiar baginya, bahkan sampai kapanpun tidak akan pernah ia lupakan, lelaki itu yang telah merenggut hal berharga dari dirinya.

Mata keduanya bertemu, senyum smirk terbit pada lelaki di depan pintu itu membuat mata indah dan lentik milik gadis itu berkaca kaca, perlahan lelaki itu mulai membuka knop pintu kamar inapnya, kejadian waktu itu kembali terbayang dalam benak gadis itu ia pun menaikkan sedikit demi sedikit kakinya saat lelaki itu mulai mendekatinya.

"Jangan, jangan, jangan, gue mohon!!!!!" teriaknya sedikit memohon, lelaki itu terus mendekatinya, ia bingung kedua tangannya ia angkat untuk menutupi wajahnya.

"Pergi, pergi jangan ganggu hidup gue lagi!!!!!" teriaknya lagi.

Lelaki itu menarik rambutnya kebelakang membuatnya mendongak keatas, "jangan takut gue ngak bakal apa apain lo kok."

Tidak ada balasan dari gadis didepannya, lelaki itu pun melepaskan tarikan rambut gadis itu.

"PERGI LO, PERGI!!! JANGAN GANGGU GUE LAGI!!!!" teriaknya semakin kencang, lelaki yang mendengarkan panik, takut nantinya para perawat akan datang, menangkap basah dirinya, ia pun langsung lari keluar.

Setelah kepergian lelaki itu, ia menitikkan air mata, tubuhnya menggigil karena ketakutan.

"Hiks.... Evan, hiks... Evan, bang Egar!!!." Ia terus terisak sambil memanggil nama kedua cowok ini, ia sangat ketakutan mentalnya lemah menyangkut hal ini. Yang di panggil namanya tak kunjung datang membuat ia terus terisak sampai para perawat berdatangan.

🌼🌼🌼

Netha baru saja keluar toilet, di dalam antre jadi membuat dirinya sedikit lama. Ia berjalan menuju tempat dimana dia duduk bersama Zena, saat sudah sampai ia tidak menemukan Zena disana Netha melihat sekeliling tapi hasilnya nihil Zena tak terlihat disana.

Netha mengeluarkan ponselnya berniat menghubungi Zena, di coba beberapa kali tidak ada tanggapan dari sang empunya bahkan ponselnya tidak aktif, kecemasan dalam dirinya pun terbit.

"Zen, lo dimana sih," gumamnya, ia tidak putus asa kembali di cobanya untuk menelpon nomor Zena namu hasil nya tetap sama hanya operator yang menjawab.

"Jangan bikin gue cemas napa," racaunya, sungguh ia sangat khawatir dengan Zena takut jika terjadi di luar dugaannya.

Ia kemudian duduk di tempat mereka tadi, mengangkat tangan untuk menutup wajahnya penuh frustasi, "gue takut hal itu terulang lagi." Diam sejenak, "gue harus minta bantuan kak Andra." Lalu di raihnya kembali ponselnya yang tergeletak di atas meja.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang