E M P A T B E L A S

449 51 80
                                    

HAPPY READING!!

"aku hanya takut kamu ninggalin aku setelah tahu semuanya, biarkan rasa ini aku pendam sendiri."

_alzero_

Langit tampak hitam, terangnya rembulan tidak menampakkan diri, bintang bintang juga bersembunyi balik awan hitam.

Menandakan hujan akan turun, angin begitu kencang membuat malam ini terasa mencengkam. Dingin menguasai sekujur tubuh, gorden jendela kamar bergoyang kesana kemari.

Dalam kamar ini terdapat seorang gadis dengan keadaan kacau di sudut ruangan menelungkupkan wajahnya di kedua kaki terangkat serta tangan yang terlipat di atas kaki, baju sobek tak beraturan, rambut acak acakan serta wajah sudah terlihat lusuh oleh air mata terus membasahi pipi gadis itu.

Tangisnya menggema di seluruh ruangan, malam ini dimana hidupnya hancur lebur kehormatan yang di jaganya selama ini di ambil paksa begitu saja. Seakan tahu keadaan dirinya malam ikut sedih, angin kencang petir menggelegar, serta ruangan gelap gulita.

"Hiks...hiks...kenapa harus gue!!!." Teriakan histeris keluar dari mulut mungilnya, tangannya menjambak jambak rambut panjang nan hitam lebat. Hidupnya hancur sehancur hancurnya, akan bernasib seperti apa hidupnya ke depan. Siapa yang akan menerimanya setelah ini laki laki itu kabur entah kemana saat mendapat kepuasan nafsunya, hatinya serasa di remas resam lalu di tusuk berbagai jarum.

"Tuhan maafkan aku yang tidak bisa menjaga kehormatan ku dan memberikannya secara cuma cuma pada laki laki yang sama sekali tidak ku kenal, bunda hiks...maafkan aku tidak bisa menjaga dari laki laki brengsek itu Bun..." Tangisnya menggema, demi apapun ini sungguh menyakitkan, tetap dalam posisi sama menjambak keras rambutnya.

Pandangannya tertuju pada sebuah pisau lipat di atas meja tak jauh dari dirinya duduk, bangkit, berjalan tertatih meraih benda tajam itu.

Dari luar pintu kamar ini di dobrak keras berusaha membuka pintu, seolah tuli gadis itu tetap melanjutkan jalannya.

"Azila....ini gue Evan, lo bertahan!!." Lelaki itu sungguh panik, Azila nama gadis itu.

Azila ingin mati saja, untuk apa ia hidup jika hanya menjadi sampah masyarakat, untuk apa hidup jika hanya akan mendengarkan caci maki dari masyarakat, untuk apa bertahan jika mentalnya menjadi taruhannya.

Kamar ini bukanlah kamar rumah miliknya, ini kamar di sebuah gedung tua letaknya terpencil dari kota, Azila di bawa paksa kesini. Azila gadis piatu, bundanya meninggal saat ia berumur sepuluh tahun, ayahnya? Semenjak bunda meninggal ia tidak pernah lagi merasakan kasih sayang sang ayah, ayahnya menyibukkan diri demi menghilangkan kesedihannya tanpa memperdulikan ada tanggung jawab lain. Azila mempunyai satu kakak laki laki, kakak yang selalu menjaga dirinya dari ancaman, sekarang kakaknya itu pergi keluar negeri mengikuti pergantian pelajar di Singapura selama satu bulan, kakaknya telah menitipkan dirinya kepada Evan, Evan sahabat baik kakaknya. Karena kelalaian Evan, Azila menghilang ini salah dirinya.

Sebisa mungkin Evan mendobrak pintu, ketika pintu berhasil dibuka ia menemukan Azila tergerak di lantai dengan darah terus mengalir dari pergelangan tangan gadis itu. Evan terlambat menyelamatkan gadisnya, gadis yang memberi warna di hidupnya, gadis dengan sejuta senyuman untuk menyemangati Evan.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang