D U A P U L U H

442 40 70
                                    

HAPPY READING!!!

"Terkadang aku serasa di antara cinta dan obsesi."

_i'm confused_

Suara isakan Zena terdengar lirih, Zena duduk di tepi rooftop menggelantung kan kakinya kebawah bukan berniat bunuh diri, ia hanya menenangkan dirinya mengalirkan setiap tetes air mata dan suara isakannya, tempat ini bisa membuat dirinya tenang, tempat sunyi yang sangat jarang di tempati oleh para murid karena berada paling atas gedung harus menapakkan tangga satu demi satu tangga yang tidak sedikit jumlahnya.

Zena memandang gedung gedung tinggi di depannya itu, dari atas sini kota Jakarta yang ramai terlihat lebih kecil, kendaraan di bawah sana tampak indah berlalu lalang, ia masih terisak mengingat hal tadi entah kenapa rasanya sakit lebih sakit dari apapun.

"Ngapain nangis, cengeng!!." Ledek seseorang dari belakangnya, tangan Zena langsung menghapus air matanya lalu menghadap kebelakang nya disana berdiri Zero dengan tangan di masukkan ke dalam sakunya tampak seperti cowok cool.

Zena memalingkan wajahnya ke depan setelah mengetahui siapa pemilik suara itu, Zero menghela berjalan dan duduk di samping Zena.

Merasa Zero ikut duduk di sebelahnya membuat ia jengkel setengah mati, "ngapain kesini?." Ketus Zena, di sampingnya tidak ada pergerakan sama sekali.

"Ngak tahu, pengen kesini aja." Jawab Zero cuek, Zena memutar bola matanya. "Kenapa nangis?." Ulang Zero.

"Bukan urusan lo, kak." Lirih Zena namun masih terdengar ketus di telinga Zero.

"Iya juga ya, ngapain juga gue mikirin lo." Ucapan Zero menjengkelkan hati Zena, bukannya menenangkan Zero malah berkata seperti itu. Mengayunkan kakinya membentuk wajah jengkel.

"Isss, lo bener bener ya. Mending lo pergi deh." Usir Zena, Zero tergelak sebentar. Ini langka lho seorang Zero tertawa apalagi ini bersama gadis.

"Lo ketawa kak?." Seketika Zero berhenti tertawa, membalikkan tampang datarnya lagi. "Lo ganteng kalau ketawa kak." Sambung Zena ceplas ceplos.

"Emang selama ini gue kurang ganteng apa?." Tanya Zero sedikit membanggakan diri, Zena bergidik.

"Ganteng sih tapi kalau lo banyakin ketawa terus senyum gantengnya nambah." Zena tidak sadar dengan apa yang diucapkannya barusan, ia tersentak sendiri menutup mulutnya malu, pipinya juga merona.

"Lo yang ngomong lo juga yang blushing, emang aneh lo." Kata Zero, matanya menatap gedung gedung tinggi sambil menikmati hembusan angin sepoi-sepoi.

"Sawan lo kak, tadi senyumin gue sekarang dinginin gue lagi." Gerutu Zena, menggembungkan pipinya, mengayunkan kakinya kesal sama seperti anak kecil menginginkan sesuatu.

Dari samping muka Zena tampak lucu, Zero menikmati tanpa mau menyentuh gadis itu.

"Oh ya kak, congrate ya!!." Ucap Zena tiba tiba, pandangannya mengarah kearah Zero di sampingnya mata mereka bertemu karena pandangan Zero tidak luput dari Zena. Tidak ada kedipan di antara mereka hingga beberapa detik kemudian Zena membuyarkannya.

"Sorry, jangan baper gue udah punya cewek." Jujur saat Zero mengatakan bahwa dirinya sudah mempunyai kekasih entah kenapa rasa sakit itu muncul, matanya memanas jika berkedip saja air matanya pasti akan turun.

Zena menggeleng, menunduk sebentar, "ngak bakal kak, congrate ya kak." Zena memberikan senyuman bukan senyum tulus namun senyum pedih dihatinya.

"Makasih ya." Seakan tidak peka dengan maksud Zena, padahal jauh dalam lubuk hatinya ia sangat paham maksud dari Zena, gadis itu memendam rasa pedih dihatinya.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang