T I G A P U L U H E M P A T

297 14 0
                                    

HAPPY READING!!!

"Bukankah kita belajar sejarah gunanya untuk mengingat bukan melupakan, true???."

Flashback
"Van, gue nitip adek gue sama lo ya gue ngak bisa ngarepin bokap mulu, lo tahu sendiri kan gimana kelakuannya," ucap Egar pada Evan, Evan pun mengangguk mengiyakan, cowok ini sangat antusias dalam hal ini. Egar telah menganggap Evan seperti saudaranya sendiri karena kedekatan mereka begitupun sebaliknya.

"Tenang aja bro, adek lo bakal aman sama gue," balas Evan penuh percaya diri, Egar terkekeh ia tahu Evan naksir pada adiknya.

"Awas aja lo macam macam sama dia habis lo detik itu juga, pokoknya gue pulang nanti adek gue ngak ada lecet sedikitpun," ucapnya, Evan dapat menjamin keselamatan adik dari sahabatnya ini.

"Iya, ngak bakal lecet gue bakal pantau 24 jam adek lo, lo tenang aja." Egar meninju lengan Evan lalu terkekeh.

"Sebenarnya hati gue berat ninggalinnya, tapi  sekarang gue percaya sama lo." Memang perasaan Egar tidak enak untuk meninggalkan adiknya.

"Kalau gitu lo ngak usah aja pergi, bilang sama sekolah biar nanti di cari gantinya," saran Evan namun Egar menggeleng sebagai penolakan.

"Ngak usah Van itu mimpi gue dari dulu, gue percaya sama." Egar memukul pelan bahu Evan.

"Saran gue kalau perasaan lo ngak enak tentang adek lo mending ngak usah pergi Gar, takutnya lo bakal nyesel nantinya," saran Evan lagi, bukan bermaksud untuk menggagalkan mimpi Egar tapi ini juga untuk keselamatan bersama.

Egar menggeleng sebentar, "ini kesempatan gue, Van. Masalah Zila gue serahin sama lo."

"Gue bakal jagain dia dan ngak akan buat lo kecewa," yakin Evan pada Egar, Egar menghembuskan nafas pelan lalu mengusap kepalanya gusar, ini mimpinya untuk belajar di luar negeri tapi di sisi lain perasaan ada yang ganjal bakal terjadi nantinya.
Flashback off

🌼🌼🌼

"Hay, sendirian aja nih?" spontan kepala Netha mendongak, menatap cowok di depannya ia pun langsung menutup bukunya menggeser sedikit tubuhnya agar lelaki di depannya ini dapat duduk.

"Eh, kak Andra," balasnya kikuk, Andra berjalan kearah samping lalu duduk disebelahnya.

"Zena mana? Tumben lo sendiri," ucap Andra lagi.

"Zena ngak masuk kak lagi demam katanya," jawabnya jujur, memang Zena sakit gara gara kemaren mereka sempat bermain hujan di depan komplek. Awalnya sih mereka pergi makan seblak di depan komplek namun saat ingin pulang hujan turun dengan lebat dengan gilanya Zena malah mengajak untuk menerobos dan bermain hujan.

Netha menolak tapi Zena memohon agar mereka menerobos saja dengan alasan 'kalau di tunggu mah ngak bakal reda', sudah tahu imun nya tidak kebal masih juga ngajak main hujan hujanan, Zena orangnya mudah sakit, kena hujan saja malamnya langsung demam tinggi.

"Kapan sakitnya?" tanya Andra penasaran juga khawatir, raut wajah Netha berubah cemberut Andra menyadari hal itu tertawa.

"Hahahaha, ngak usah cemberut gue cintanya sama lo doang kok." Netha memutarkan bola mata malas, ia menahan agar pipinya tidak bersemu.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang