T I G A P U L U H T I G A

321 16 0
                                    

HAPPY READING!!!

"Mau menghindar seperti apapun jika memang jalannya sudah di takdirkan seperti itu juga akan berjalan juga."

"Putus lo sama dia berarti lo siap kehilangan cewek itu," ucap seseorang didepannya dengan menunjukkan senyum devil, Zero menatap datar pada cowok itu.

"Ada dua pilihan dia habis atau lo taruhan sama gue." Zero menarik bibirnya keatas, obsi kedua mungkin akan lebih menantang.

"Taruhan apa?" singkatnya, ia tidak ingin berbasa basi.

Cowok didepannya maju selangkah mendekat kearah telinganya lalu membisikkan sesuatu pada Zero.

"Malam ini kita balapan, kalau lo menang nyawa dia aman tapi kalau gue menang jangan harap hidup lo dan dia tenang," bisik cowok itu, Zero mendorong tubuh lelaki berbadan besar dari tubuhnya.

Membenahi kilas kerah baju cowok itu, mengangkat lagi sudut bibirnya sebelum mengeluarkan kata kata balasan.

"Deal, gue pastiin nanti malam lo yang bakal kalah," ucapnya penuh dengan percaya diri, jangan salah terakhir ia menang melawan cowok ini juga.

"Kita lihat aja nanti," balas cowok didepannya ini, setelahnya berbalik pergi meninggalkan Zero.

🌼🌼🌼

Jam kosong, dua kata yang selalu ditunggu tunggu oleh setiap kelas kali ini jam kosong berlaku pada kelas bahasa ya kelas Zena tapi jam kosong kali ini membuat Zena bisa dan jenuh baginya hari ini tidak ada yang menghibur meski kelas sudah seperti pasar.

Bahu Zena di senggol gadis itupun tersentak lalu melihat siapa pelakunya ternyata Dava, cowok paling menyebalkan menurutnya bukan hanya menyebalkan tapi orang yang selalu membuat mood nya semakin berantakan, Zena tak mengacuhkan Dava kebetulan teman sebangku Zena tidak ada Dava pun menduduki bangku sebelahnya gadis itu tidak peduli akan hal itu.

"Diam diam bae, biasanya lo paling heboh." Dava bersuara, tapi Zena tidak membalas sama sekali ucapan Dava.

"Galau in Zero mah ngak bakal ada habisnya lo ya," ucap Dava lagi, siapa sih yang ngak tahu Zena dan Zero. Zena tetap diam jengah mendengar ucapan dari teman sebelahnya ini.

Lama berdiam diantara keduanya, Dava masih setia duduk disana menemani Zena yang sedang melamun entah apa yang ia lamunkan.

"Dav," panggil Zena, spontan menoleh kearah samping dimana Zena berada.

"Hmm," balas Dava namun Zena tak melanjutkan ucapannya gadis itu malah menghembuskan nafas.

"Dav, kenapa cowok kok sukanya nyakitin cewek?." Dava tertegun dengan pertanyaan Zena, karena dia adalah salah satu cowok yang suka nyakitin cewek dan buat nangis.

Dava menggaruk tengguknya yang tak gatal.sebelum menjawab, "hmm, gimana jelasinnya ya Zen." Dava menjeda kata katanya sejenak memikirkan cara bagaimana untuk menjelaskannya pada gadis itu karena ia sendiri juga melakukannya dan tidak tahu alasannya,  sedangkan Zena tetap setia menunggu lanjutan dari Dava, "gini Zen, kita para cowok ngak bermaksud untuk nyakitin cewek, kita cari cewek cuma buat seneng seneng aja bukan untuk di seriusin kalau dia nganggep kita serius itu salah, cowok juga sama kek cewek cari cowok yang berkualitas, kita sama, kita ngak butuh hanya parasnya doang yang cantik tapi juga akhlaknya ikutan cantik, jadi intinya luar dalem cantik, sekalipun cewek itu ada kekurangan dalam fisiknya tapi dari segi akhlak masyaallah itu yang kita cari. Paham kan lo? Lo percaya kan kalau ngak ada kata serius sebelum halal?." Ucapan Dava membuat Zena tak percaya, bagaimana tidak Dava bilang kalau cowok itu tidak bermaksud menyakiti cewek terus kalau tidak kenapa selalu di buat baper lalu di tinggalin.

Alzero Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang