MATA Raynzal bertemu dengan mata Regal. Keduanya sama-sama terdiam dengan posisi berhadapan. Di tengah mereka ada Ardi yang tampak bingung menanggapi pemandangan yang sedang ia saksikan. Dua anak kembarnya kini bertemu lagi setelah 8 tahun berpisah.
Suasana club masih ramai, banyak orang-orang dari kalangan elite yang saling berdansa, mabuk-mabukan, party di tengah alunan music. Semuanya nampak menikmati suasana club malam ini.
Perasaan Regal langsung memanas begitu melihat musuh bebuyutannya nampak di depan mata. Lelaki yang semulanya sedang mengobrol dengan Ardi, kini harus menahan emosi begitu Raynzal tiba-tiba datang menghampiri keduanya.
Dengan rasa malas ia memutar tubuh, berniat pergi. Namun dengan sigap Ardi menahan lengannya. Pria berkacamata itu memberi kode agar Regal tetap di sini.
Regal buru-buru menjauhkan lengannya dari Ardi. Ia harus pergi. Dirinya muak melihat wajah Raynzal. Kemudian ia pun melangkah meninggalkan kedua manusia tersebut.
Dan, Raynzal yang masih mematung di tempat tersenyum kecut. "Denger-denger ada yang baru di tolak nih," ucapnya sengaja dengan nada lantang.
Benar saja. Regal langsung berhenti. Ia langsung memutar balik tubuhnya, dan memandang tajam sang lawan bicara.
Berbeda dengan Raynzal yang sudah tersenyum penuh kemenangan.
Regal akan merasa seperti orang gila bila membalas perkataan Raynzal. Maka dari itu, ia memutuskan untuk kembali berjalan. Dirinya berusaha untuk tidak peduli dengan sang rival, meskipun dalam hatinya ingin sekali membalas perbuatannya.
Ardi menatap Raynzal. "Jangan kayak gitu, Rayn. Masa sudah dewasa masih musuhan aja?"
"Aku bakal musuhan sama dia selamanya, Pa," ucap Raynzal sembari duduk di sofa, dan diikuti oleh Ardi disampingnya.
Ardi menghela napas panjang. "Yaudah terserah kamu,"
Regal naik ke panggung DJ. Hal itu tak luput dari pandangan Raynzal. Lelaki itu memandangi kembarannya dengan teliti—sembari bersandar pada sofa.
Ya, Regal kembali mengisi acara. Alunan music berganti, membuat sorak-sorai dari pengunjung ramai memadati ruangan.
Suasana menjadi meriah. Regal memulai tugasnya. Para pengunjung mulai berdansa dan sesekali ikut bernyanyi kala lagu mulai terdengar di indra pendengarannya. Masing-masing dari mereka ada yang sudah benar-benar mabuk, ada juga yang tidak. Ada yang sudah terkapar begitu saja di sofa, ada pula yang sedang menikmati alunan DJ sembari berdansa dengan sang kekasih.
Sepertinya Raynzal bagian menyimak saja. Ia memesan beberapa minuman alkohol dan menikmatinya. Seperti biasa, malam ini ia akan mabuk. Bedanya, kali ini ia ditemani Ardi.
Raynzal menyalakan cerutinya sembari menikmati pemandangan indah di depannya. Banyak perempuan-perempuan seksi yang membuat nafsunya bergejolak.
Ia melonggarkan simpulan dasinya, lalu menatap satu perempuan berbadan sexy yang mengenakan dress ketat berwarna hitam. Perempuan itu sibuk berdansa dengan keadaan mabuk. Satu tangannya memegang segelas alkohol.
Raynzal tersenyum. Perempuan itu berhasil membuatnya nafsu.
— Temperature Of Love —
RACHEL tersenyum sumringah begitu teleponnya tersambung dengan Akbar, sahabat lamanya. "Halo, Ra?" Ucap lelaki itu, terdengar suara krasak-krusuk dari sebrang sana.
"Halo, Bar,"
"La. Apa kabar? Sehat?"
Rachel tersenyum. "Sehat, Bar. Akbar gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...