Edisi Flashback : 07
8 Tahun Lalu...
— Temperature Of Love —
AKBAR menatap Nila dalam diam. Keduanya tengah berjongkok diatas rerumputan dengan Nila yang sedang menaburi bunga untuk makam Ibu. Pikiran lelaki itu kacau, melayang-layang pada gadis disampingnya ini. Sedari kemarin yang Nila lakukan hanyalah diam. Mulutnya bungkam—dan sepertinya ia sulit untuk mengeluarkan kata-kata.
Akbar menelan ludahnya. Ia merogoh ponselnya, lalu mencari contact Rachel.
Akbar : Ra
Suasana pemakaman yang begitu sepi dan tenang membuat keheningan terjadi diantara keduanya. Angin yang berhembus kencang tak sedikitpun membuat Nila mempunyai niat untuk beranjak.
Baik Akbar maupun Nila, keduanya sama-sama diam—kemungkinan besar satu diantara mereka bingung harus memulai percakapan darimana.
Dentingan singkat dari ponsel Akbar berbunyi, membuat lelaki itu menatapnya.
Rachel : Ngapa?
Akbar mengangkat sebelah alisnya. Raynzal pasti, Batinnya.
Akbar : Kamu nggak tau kabar Ibu Nila meninggal?
Akbar : Kamu kenal dia, ‘kan?
Rachel : Iya
Akbar : Kemakam ya sekarang. Ntar aku share loc.
Detik yang sama Akbar langsung mengirimi alamat makam ini. Seusai melakukan itu, ia kembali memasukkan ponselnya. Tak lupa mem-power off.
Ia kembali menatap Nila. Sedangkan yang ditatap sama sekali tak berkedip—dengan kedua mata mengarah pada makam Ibunya.
“Nil,” suara itu membuat Nila menoleh hingga tatapan mereka sama-sama bertemu selama beberapa saat.
“Sorry ngerepotin," singkatnya seraya mengalihkan perhatiannya. “Lu boleh pulang sekarang,"
“Gue tetep disini,"
“Gue enggak mau lagi lo katain bangsat karena hal ini,"
Akbar terdiam. Jujur saja ia merasa tersudut oleh perkataan yang barusan Nila lontarkan. Perlu diakui bahwa sejak pertengkaran mereka di rumah sakit waktu itu, sifat Nila menjadi berubah drastis. Bisa dibilang bahwa gadis itu mulai menjauhinya.
Bukan. Bukannya takut. Akbar hanya heran. Kenapa dia bisa marah oleh perkataannya? Bukankah yang lalu Akbar sering melakukan hal yang sama? Ini bukan yang pertama kalinya ia mengatai Nila dengan sebutan itu.
“Gue nemenin lu pulang,"
Sayangnya, gadis itu menggeleng. Ia memaksakan senyum, walau setengah hatinya tidak yakin dengan apa yang baru saja Akbar katakan. Perkataan itu terkesan seperti ia tengah mencoba untuk berhubungan dengan Nila.
“Gue sampe malem disini,"
“Gue nggak peduli,"
Belum sempat menjawab, Akbar telah terlebih dahulu mendekatkan wajahnya kearah Nila. Jarak diantara mereka kini cukup dekat. Entah kenapa hal ini justru membuat Nila bungkam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...