SEUSAI maskeran, Rachel memutuskan untuk memakan cokelat sebagai cemilannya malam ini. Dirinya tidak sendiri di kamar. Ada Raynhard yang tengah belajar diatas kasur—sebagai persiapannya untuk menghadapi ujian esok hari.
Gadis itu duduk di depan meja rias sembari menyetel music favorite-nya. Mulutnya bersenandung kala reff lagu mulai terdengar di telinganya. Ia menambah volume musicnya untuk menambah kesan asyik, tidak memungkiri Raynhard yang tengah fokus belajar.
"Kak Chella! Please stop that. I'm focused on studying!" Raynhard, bocah lelaki yang baru menginjak umur 9 tahun itu menatap Rachel dengan geram. Sedangkan yang ditatap nampak tak peduli. Siapa suruh, pikirnya.
"Bilangin Bang Regal, nih!" Ucapnya kembali saat menyadari tak mendapat respons apapun dari kakak cantiknya.
"Bilangin aja aku gak takut," singkat Rachel sembari mengambil novelnya yang tergeletak di meja. "Siapa suruh belajar di sini,"
Perlu kalian ketahui bahwa Rachel tidak suka kalau Raynhard datang ke kamarnya. Anak itu sangat resek. Selalu membuat kamarnya jadi berantakan. Bukan hanya itu, Raynhard juga sering sekali mencuri habis makanannya. Siapa yang tidak kesal coba?
Baru kemarin sekali, Raynhard menyapu bersih semua cemilan Rachel. Dimulai dari cokelat, susu, roti, bahkan minuman sodanya. Gadis itu heran, kenapa anak itu begitu rakus? Padahal dia saja tidak akan mampu menghabiskan seluruh makanan itu dalam satu waktu.
Selain itu, Raynhard juga tidak bisa diam. Keadaan kamar mendadak heboh bila ada bocah tersebut. Raynhard juga sering mengotak-atik barang Rachel, dimulai dari alat make up, novel, bahkan lemari pakaiannya. Siapapun akan marah bila mendapat perlakuan yang sama sepertinya.
Rachel tak kunjung mematikan music-nya, membuat Raynhard semakin murka. Anak itu bangkit dari posisi tengkurapnya dan merapihkan seluruh peralatan belajarnya—bermaksud pergi.
Dan inilah hal yang paling ia tunggu.
Gadis itu melirik Raynhard sembari menahan senyum. Berbeda dengan Raynhard yang sudah memasang wajah jengkel khas anak-anak.
Bersamaan dengan hendaknya Raynhard pergi, pintu kamar seketika terbuka dan menampilkan sosok lelaki berbadan tegap dan tinggi—yang tak lain adalah Regal.
Lelaki itu melirik Raynhard dengan sebelah alis terangkat. Dirinya hanya diam saat keduanya berpas-pasan di pintu.
Saat si bungsu benar-benar pergi, barulah Regal masuk menghampiri Rachel. Ia membawa sebungkus plastik berisi makanan lalu memberinya kepada Rachel.
Tanpa sungkan ia mengambil pemberian Regal. Gadis itu menatap sejenak lelaki tampan dihadapannya. Tampak rapih, seperti habis pergi dari suatu tempat.
"Makasih ya,"
Regal mengangguk, kemudian duduk di tepi kasur.
"Kamu habis dari mana?" Tanya Rachel sekedar basa-basi. Kebetulan dirinya merasa canggung dengan Regal setelah kejadian malam itu.
"Justru aku baru mau pergi,"
"Ke mana?"
"Papa manggil aku untuk isi acara DJ di club dia,"
Rachel sontak mengarutkan kening. "Kenapa harus kamu?"
"Enggak tau,"
Rachel terdiam. Ia sedikit kecewa dengan keputusan Ardi. "Yaudah. Semoga kamu enggak macem-macem ya di sana,"
"Macem-macem gimana?" Regal membaringkan tubuhnya dan menghadap si cantik. Tatapannya datar tanpa ekspresi. Seperti biasa.
"Aku takut kamu mabuk,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...