Temperature Of Love-09

149 34 0
                                    

Edisi Flashback : 08

8 Tahun Lalu...

Temperature Of Love

SEDARI tadi yang Rachel lakukan di dalam mobil hanyalah melirik Akbar beberapa detik, menatap jari tangannya yang terasa dingin, menahan mulut untuk membuka suara—lalu berakhir dengan menatap jalanan yang mereka lalui.

Jujur saja ia bingung harus berkata apa. Ia takut apa yang keluar dari mulutnya membuat Akbar tersinggung dan marah. Meskipun lelaki itu sulit marah pada Rachel, namun gadis itu cukup tau bahwa kali ini Akbar tengah sensitif. Ia tidak mungkin membuat Akbar murka hanya karena kekepoannya mengenai Nila.

Sedangkan lelaki disamping Rachel ini seketika menjadi sosok yang berbeda. Dia tidak membuka suara sedikitpun, bahkan wajah serta tatapannya terlihat sangat dingin. Entah kenapa Rachel merasa takut melihat perubahan sikap yang ditunjukkan Akbar ini.

Ini merupakan suatu hal yang sangat jarang Akbar lakukan bila mereka sedang bersama. Biasanya dia selalu banyak bicara. Tapi sekarang? Akbar hanya diam, fokusnya hanya satu. Menyetir.

Keadaan ini cukup membuat Rachel merasa tidak nyaman. Diam-nya Akbar benar-benar membuatnya merasa seperti diabaikan. Rachel tidak pernah diabaikan seperti ini. Ia merasa terbebani.

Bertahun-tahun mengenal Akbar, Rachel tidak pernah merasa secanggung ini.

Rachel menduga bahwasanya Akbar sedang memikirkan Nila.

"Kalo mau ngomong, ngomong aja. Enggak usah ditahan,"

Perkataan itu langsung membuat Rachel menoleh. Ia menatap Akbar jengah—sedangkan yang ditatap tak sedikitpun meliriknya. Rachel menautkan alisnya, entah kenapa jantungnya berdegup kencang. "Rachel takut Akbar marah,"

"Enggak," ucapnya tanpa ekspresi.

Rachel menyelipkan anak rambut yang menutupi wajahnya ke telinga. Ia kembali memusatkan perhatiannya pada jalanan sekitar, "enggak deh. Enggak jadi. Rachel takut Akbar sedih,"

"Ngomong aja. Biar enggak sepi,"

"Eum—rumah Nila masih jauh?" Rachel kembali melirik Akbar.

"Masih, kenapa?"

"Bagus deh. Jadinya bisa cerita banyak," ujar Rachel dan Akbar hanya mengangkat sebelah alisnya sebagai respons.

"Aku mau nanya dulu ke kamu. Memangnya kamu enggak cemburu Raynzal boncengan sama Nila?" Ada jeda yang cukup lama sebelum Akbar melontarkan pertanyaan tersebut.

"Kenapa harus cemburu?"

"Nanya aja,"

"Ya enggak lah. Orang kak Nila aja sukanya sama Akbar, ngapain Rachel cemburu," ucap Rachel enteng. "Lagipun Rachel kasihan sama kak Nila, Bar. Takutnya kalau pulang sendirian—dia bakal ngelakuin hal aneh-aneh,"

Akbar mengangguk. "Iya. Kita sepemikiran,"

"Nila, 'kan gitu orangnya," lanjutnya.

"Gitu gimana?"

"Nekat,"

Mobil sport berwarna putih itu berhenti tepat di lampu merah. Disaat yang bersamaan, Akbar langsung menyandarkan kepalanya pada kursi mobil guna menghilangkan rasa peningnya.

Temperature Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang