Temperature Of Love-18

131 31 0
                                    

Edisi Flashback : 17

8 Tahun Lalu...

Temperature Of Love —

RAYNZAL duduk di sofa. Ia sudah sampai di rumah bersama yang lain. Lelaki itu memijat pelipisnya yang terasa penat dengan sesekali melirik Luna yang baru saja duduk di sofa bersama Ardi.

Tiba-tiba Sasa datang menghampirinya dan duduk disampingnya. Tak lupa pula dengan Reffa yang turut mengikuti sang Bunda dari belakang.

Raynzal sama sekali tak melirik Sasa. Fokusnya beralih pada kejadian tadi—kejadian di mana dirinya harus menjadi iblis untuk yang kesekian kali.

Dengan pelan Bunda menghusap bahu Raynzal. “A, gimana hasilnya?”

Ragil mendengkus, melirik Bundanya yang ternyata sedang dilanda kekhawatiran. Ia sedari tadi menunjukkan ekspresi takut. Takut bila hasilnya tak sesuai eskpektasi.

Raynzal berdecak lalu bersandar pada sofa. “Negatif sih, Bun. Cuma yang ngeselin itu kenapa dia harus mempersulit keadaan coba,”

Detik setelah mengucapkan kalimat itu, kedua bola mata Sasa langsung dibuat membola. “Serius, A?!” Tanya-nya excited.

Sedangkan Raynzal hanya mengangguk singkat. Antara lega dan kesal.

“Mempersulit gimana maksud kamu, A?” Pertanyaan kedua Sasa cukup menarik perhatian Raynzal. Ia langsung menatap Bunda.

“Ya Bunda pikir aja. Udah tau Rachel bukan anaknya dia, kenapa coba harus ngadain tes DNA? Kenapa dia enggak langsung ngomong ke kita aja perihal itu? Ngeselin, ‘kan?” Ucap Raynzal amat kesal.

Luna menatap Raynzal dengan pandangan tak suka. Berbeda dengan Ardi yang sudah menunjukkan tatapan lelah. Sedari tadi yang dilakukan pria itu hanya diam—menerima segala ocehan yang Raynzal keluarkan pada istrinya.

Tak ada yang menanggapi. Takut kejadian tak terduga terjadi lagi—seperti tempo hari.

“Alhamdulillah, A kalau hasilnya negatif. Kamu enggak perlu marah-marah,” dengan sabar Sasa mengelus bahu Raynzal. Namun ternyata ucapannya itu justru tidak disetujui oleh anak lelakinya.

“Ya marah lah, Bun. Dari awal Raynzal nanya aja dia udah punya jawaban yang beda. Gimana enggak kesel,”

Luna yang tidak tahan menatap Raynzal. Mata sipitnya menajam serius. “Kamu jangan sembarangan ya kalo ngomong. Kamu enggak tau, ‘kan penyebab saya ingin adain tes DNA itu apa? Enggak usah banyak protes,”

“Harusnya bersyukur sama hasilnya. Bukannya ngeluh,”

Langsung saja Raynzal memandangi Luna dengan sinis. “Ya wajar lah. Lu buang-buang waktu gue,”

“Udah, Rayn! Kamu enggak sopan ngomong kayak gitu,” Ardi membelah, namun sama sekali tidak digubris oleh Raynzal. “Seharusnya kamu bersyukur karena masih bisa pacaran sama Rachel,” lanjutnya.

“Bukan malah marah-marah,”

“Pacaran? Enggak bakal aku restuin, Mas!” Cetus Luna pada Ardi, membuat Rachel yang sedari tadi diam menoleh.

Temperature Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang