RAYNZAL tetap berada di kamar Ardi meskipun ia telah mengantar Pria itu ke klinik. Keduanya telah menghabiskan waktu selama 1 jam di sana, mengingat banyak sekali pasien yang mengantri. Kini, jam sudah menunjukkan pukul 12 siang dan rasa kantuk mulai melanda lelaki berbadan kekar ini.
Sekarang dirinya tengah duduk di kursi sembari memainkan ponselnya, sedangkan Ardi sedang makan bubur di atas kasur. Keduanya sama-sama diam dalam waktu yang cukup lama.
Raynzal mengalihkan pandangannya ke pintu kamar yang kini sedikit terbuka dan menimbulkan suara. Dirinya terkejut kala mendapati Luna dari balik pintu.
Luna yang hendak memasuki kamar secara spontan mematung di tempat. Ia nampak terkejut oleh kehadiran Raynzal di kamarnya.
Hingga selang beberapa detik, dia langsung memalingkan wajahnya dari sang rival lalu menghampiri Ardi dengan raut wajah kesal.
Ardi menatap istrinya sembari menghela napas panjang.
Berbeda dengan Raynzal, lelaki itu justru mengabaikan Luna dan memilih untuk kembali memainkan ponselnya.
“Tadi aku minta anter Raynzal ke klinik,” Ardi langsung berbicara pada inti sembari meminum air hangat.
Luna melipat kedua tangannya di depan dada sembari rolling eyes. “Kayak enggak ada orang lain aja,” sahutnya ketus sembari menaruh tas selempangnya secara kasar di atas kasur.
“Mulai,” Ardi menatap Luna serius. “Aku lagi sakit jangan nyari ribut,”
Raynzal melirik Ardi sekilas lalu mengangkat sebelah alisnya. Ia kemudian menyimpan ponselnya ke saku celana sembari bangun dari duduk. “Raynzal pulang aja, Pa,”
Kayaknya lebih baik Raynzal pergi daripada situasi ini semakin tidak baik.
Ardi melirik anak lelakinya dan mengangguk singkat. “Yaudah, Rayn. Hati-hati ya,”
Raynzal mengangguk mengiyakan. Tanpa memperdulikan Luna yang masih setia berdiri ditempatnya, ia langsung pergi meninggalkan kamar.
Awalnya Raynzal tidak menduga bahwa Luna akan datang ke sini. Ia pikir wanita itu akan seharian di rumah sakit untuk menemani Raynhard.
It's okay, daripada keadaan semakin memanas lebih baik Raynzal mengalah. Lagipun dirinya sedang tidak ada energi untuk bertengkar dengan Luna.
8 tahun berlalu dan hubungan antara Raynzal dan Luna tidak sedikitpun membaik. Keduanya malah semakin membenci dan muak satu sama lain—mengingat konflik yang mereka alami terus bertambah dan tak berujung.
Keduanya tidak pernah luput dari pertengkaran. Luna selalu membesar-besarkan hal kecil yang Raynzal lakukan, sehingga membuat keduanya selalu terlibat dalam adu argumentasi yang tidak jelas.
Raynzal benar-benar tidak mau memaafkan Luna, begitu pun sebaliknya. Menurutnya, Luna merupakan sosok yang sangat brengsek sekaligus sosok yang telah menyebabkan keluarga dan kisah asmaranya hancur.
Raynzal semakin membenci Luna atas ulah wanita itu sendiri. Andai saja dia tidak mencari ulah, mungkin Raynzal tidak akan semarah dan sedendam ini.
Perlu diketahui bahwa Luna merupakan salah satu manusia yang paling Raynzal benci setelah Regal.
Keduanya selalu bertengkar bila bertemu. Itu semua karena ulah Luna sendiri. Wanita itu selalu menyudutkan Raynzal dengan menunjukkan ketidaksukaannya terhadap lelaki tersebut secara terang-terangan. Seperti tadi.
Tentu saja Raynzal tidak terima. Sudah tau ia orangnya emosian, masih saja diajak ribut. Salah siapa?
Raynzal berhenti ketika dirinya hendak turun di anak tangga paling terakhir. Kedua matanya langsung disambut oleh pemandangan yang tidak sedap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...