Temperature Of Love-43

132 11 0
                                    

— Temperature Of Love

"OM udah makan?"

Tanya Rachel sembari duduk di sofa samping Ardi. Kini posisi mereka sedang berada di rumah Sasa.

Sebetulnya sudah dari tiga jam yang lalu Pria berkacamata itu berada di sini dan Rachel tidak tau apa tujuannya ke sini.

Lamunan Ardi seketika membuyar begitu mendengar suara tersebut. Detik setelahnya ia langsung menoleh ke samping untuk memandangi Rachel yang ternyata tengah menatapnya.

"Belum, nggak nafsu,"

"Aku bikinin makan mau nggak?"

"Enggak usah, Hel. Nanti pulang saya makan,"

"Serius, Om? Nanti Om sakit," ucap Rachel sedikit membujuk. "Makan ya? Biar aku buatin,"

Lantas Ardi menunjukkan senyum singkatnya. "Enggak, Hel makasih," ucapnya tetap pada keputusannya.

"Om kenapa?" Tanya Rachel sempat terdiam selama beberapa saat—merubah topik. Nampak tak nyaman oleh perubahan sikap yang Ardi tunjukkan.

"Enggak kenapa-napa,"

Jawaban yang justru membuat Rachel semakin yakin bahwa ada hal tidak beres yang sedang di alami Pria ini. Lantas ia kembali bersuara. "Om mikirin Raynhard?"

Pertanyaan yang membuat keadaan menjadi hening karena Ardi sibuk untuk menyiapkan kata-kata selanjutnya untuk dilontarkan. Sebelum akhirnya anggukan singkat ia tunjukkan, sembari memandang lurus  ke depan—untuk menonton siaran televisi yang tengah menyala.

"Dia di rumah sama siapa Om?"

"Ada baby sisternya,"

"Oh. Keadaannya gimana? Sehat, 'kan?"

"Kurusan dia," jawab Ardi.

"Yaampun," gumam Rachel, meratapi nasib si bungsu itu. Kalau dipikir-pikir kasihan juga.

Anak sekecil Raynhard harus melewati beban yang cukup berat dan sulit untuk ditanggung oleh kedua tangannya sendiri. Rachel sendiri kini dapat merasakan apa yang Raynhard rasakan.

"Saya kasihan sama dia lho, Hel. Sampai sekarang masih suka nyariin Mamanya," ucap Ardi. Datar. Tanpa ekspresi.

"Kalau boleh ke sini aja, Om. Biar aku yang urus,"

Ardi menggelengkan kepalanya. "Saya enggak enak sama Sasa," ucapnya. "Takut dia keberatan,"

"Nanti biar aku yang bilang deh Om. Kali aja boleh,"

"Enggak usah, Hel. Biar ini jadi urusan saya,"

Suara ceklekan pintu yang terdengar secara tiba-tiba, seketika mengalihkan pandangan dua sosok yang kini sama-sama menatap pintu utama yang sudah terbuka dan menampilkan Sasa disusul Raynzal di belakangnya.

Kedua manusia itu langsung duduk di sofa yang tersisa. Membuat Ardi langsung menunjukkan tatapannya kepada mantan istri. Tatapan yang di dalamnya tersirat sebuah isyarat yang hanya ia mengerti.

"Gimana?" Tanyanya to the point.

Sebelum menjawab, Sasa meletakkan tas selempangnya terlebih dahulu ke atas meja. "Tanya anakmu sendiri," sahutnya.

Lantas tatapan Ardi langsung tertuju pada Raynzal. "Lho, kamu ikut, Rayn?"

"Iya, Pa. Bunda telfon aku tadi,"

"Terus gimana? Dia mau?"

Raynzal menghembuskan napas ke udara sembari menyandarkan punggungnya ke sofa. "Feeling aku mereka nggak mau, Pa,"

Temperature Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang