Temperature Of Love-36

102 12 0
                                    

Selamat membaca 😉 Jangan lupa vote dan comment nya yaaaaa :D

— Temperature Of Love

SUDAH selama sepuluh menit Rachel mematung di tempat. Memperhatikan gerak-gerik Raynzal yang nampak sangat serius memilih sesuatu.

Saat ini mereka tengah berada di toko elektronik. Sebetulnya Raynzal bimbang harus membeli apa. Satu jam lebih ia berkeliling mall dan memasuki beberapa toko seperti toko baju, sepatu, bahkan ponsel. Rachel saja sampai kelelahan. Akan tetapi, dia diam saja. Tidak berkomentar apapun.

Ini untuk pertama kalinya Raynzal  memberikan hadiah untuk sahabatnya yang akan menikah. Jadi wajar saja jika ia kesulitan untuk memilih barang yang sesuai.

Tadinya Raynzal berkeinginan untuk membelikan Genta beberapa pakaian. Akan tetapi Rachel tidak menyetujuinya. Gadis itu berkomentar bahwa itu merupakan hadiah yang sangat klasik, tidak pantas untuk dijadikan hadiah pernikahan. Oleh karena itu lah akhirnya Raynzal memutuskan untuk pergi dan berakhirlah ia di toko elektronik ini.

"Menurut kamu aku beli apa?"

Rachel berpikir sejenak sembari melihat-lihat puluhan barang besar yang berada di toko ini. "Alat masak, Zal,"

Raynzal mengangkat sebelah alisnya. Keduanya sama-sama berjalan menyusuri tempat. "Murah. Yang mahal,"

"Apa? Kulkas?"

"Boleh tuh," ucap Raynzal. "Tapi Genta tuh udah kaya. Semua barang dia punya. Takutnya kalau aku beli enggak ke pake,"

Rachel mengangguk setuju. "Terus apa dong?"

"E—tapi menurutku enggak papa sih," Sebelum Raynzal merespons, Rachel kembali berucap. Ia menjedanya sebentar. "Kalau hadiah dari kamu enggak ke pake, palingan sama dia di kasih ke orang tuanya atau enggak mertuanya,"

Raynzal manggut-manggut. "Iya juga," ucapnya menyetujui. "Yaudah deh itu aja," lanjutnya. Ia langsung mengambil keputusan lantaran sudah lelah terlalu lama memilih-milih barang.

"Terus apa lagi?" Raynzal kembali bersuara.

"Itu aja udah cukup kok," ucap Rachel sembari melirik lelaki disampingnya. Sedangkan yang di lirik malah menggelengkan kepalanya tidak setuju.

"Kurang,"

Rachel mengerutkan keningnya. "Terus?"

"Kasih duit juga kali ya,"

"Iya," jawab Rachel meski sempat diam sejenak. "Kebanyakan sih orang ngasihnya uang,"

Raynzal menganggukkan kepalanya. "Yaudah deh,"

Kemudian Raynzal memanggil salah satu pelayan toko dan bertanya beberapa hal. Mengenai harga maupun model kulkas yang paling bagus. Rachel diam saja, menyimak lelaki dihadapannya ini yang mulai sibuk mencari beberapa model kulkas keluaran terbaru.

Hingga tiga puluh menit kemudian, Raynzal akhirnya menemukan model kulkas yang menurutnya bagus. Tanpa banyak basa-basi lagi ia pun langsung membelinya.

Akhirnya setelah menghabiskan waktu selama hampir satu jam, mereka keluar dari toko. Kulkas tersebut akan di antar ke rumah Genta langsung. Sebelumnya Raynzal telah menghubungi sahabatnya itu untuk menanyai alamat lengkapnya.

Awalnya Genta merasa terkejut begitu mengetahui Raynzal memberikannya sebuah barang mahal. Sempat ada penolakan awalnya, sampai-sampai Raynzal harus mengeluarkan perkataan tegasnya yaitu, "udah gue beliin, enggak boleh ada penolakan,"

Temperature Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang