— Selamat Membaca —
BIBIR Rachel bergetar. Ia bertemu lagi dengannya. Selalu saja pada saat memalukan. Dirinya tidak pernah lupa tentang Raynzal, meskipun sebetulnya ia ingin sekali menghapus semua kenangan yang telah mereka bangun.
Dan sekarang, Rachel merasa sesak melihat si tampan menatapnya tanpa berkata-kata.
“Hel, are u okay?” Suara Leo kembali terdengar, membuat gadis itu langsung menatapnya.
Rachel hanya mengangguk singkat.
“Ayo kita masuk, Hel. Lo kelihatan kacau banget,”
Rachel menggeleng, "enggak makasih. Aku pulang aja," sahutnya pelan.
“Lo enggak takut diomelin lagi sama Mama lo?”
“Enggak. Aku udah biasa,”
Sudah biasa. Perkataan itu langsung dicerna cepat oleh otak Raynzal. Berarti selama ini wanita itu sering menyakiti Rachel? Sialan. Lihat saja nanti Raynzal akan meminta perhitungan kepada manusia tidak tau diri itu.
"Maaf aku harus pergi," tanpa basa-basi, Rachel langsung pergi meninggalkan Raynzal dan Leo.
Leo sempat menarik lengan Rachel, namun gadis itu langsung melepasnya secara halus. Itu artinya, Rachel sedang tidak mau diganggu.
Keduanya menatap kepergian Rachel dan bodyguardnya. Raynzal menelan salivanya susah payah. “Dasar bodyguard nggak guna. Jagain cewek aja nggak becus,” gumamnya penuh amarah.
Leo mengangguk setuju. “Kasihan Rachel, baru hari pertama padahal,”
Raynzal menaruh kedua tangannya ke kantong celana. “Si gajelas itu segitu enggak sukanya sama gue. Jadinya apapun yang berhubungan dengan gue pasti dia selalu marah,”
“Iya gue tau,”
Raynzal masih memandangi Rachel yang sudah masuk ke Alphard-nya.
Disisi lain, Rachel sudah masuk ke mobilnya. Perasaannya semakin kacau ketika tadi Raynzal datang menyelamatinya.
Gadis itu menutup wajahnya dan kembali menangis lantaran kondisinya langsung berubah.
Menjadi takut dan sedih.
Rachel tidak berharap kejadian ini terjadi. Dirinya benar-benar malu. Ia juga tidak berharap Raynzal datang membelanya.
Gadis itu terus menangis dan memperkencang isakan tangisnya sedalam-dalamnya.
Ia tidak peduli dengan bodyguardnya yang kini menatapnya dengan penuh rasa iba. Rachel hanya ingin menangis—maluapkan segala kekesalannya terhadap mama tirinya.
Andai saja mamanya tidak mencari keributan, mungkin Raynzal tidak akan ada disitu.
Sial. Dirinya benar-benar malu.
Rachel mengambil tissue dan menghapus keringat yang membasahi wajahnya. Ia berdecak kesal. Otaknya kembali teringat akan Raynzal.
Rachel merasa tidak terima ketika takdir kembali mempertemukan mereka.
Rachel melongok ke jendela, menahan napas saat kedua matanya menangkap si tampan Raynzal yang tengah berjalan memasuki gedung.
Bersamaan dengan itu mobilnya melaju meninggalkan kawasan gedung. Namun Rachel tetap menatap Raynzal sampai lelaki itu benar-benar menghilang dari pandangannya.
Sungguh. Sebelumnya Rachel tidak pernah menduga akan dipertemukan dengan Raynzal. Rachel benar-benar shock saat Raynzal datang untuk membelanya.
Sungguh, kejadian ini sangat diluar nalar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...