Temperature Of Love-02

385 39 0
                                    

Edisi Flashback : 01

8 Tahun Lalu...

— Temperature Of Love —

MATAHARI keluar dari persembunyiannya sehingga membawa suasana yang sejuk nan hangat. Rachel yang baru saja terbangun dari tidurnya langsung disapa oleh sosok kesayangannya.

Raynzal tersenyum seraya membawa sarapan pagi untuk sang kekasih. Kedua bola matanya memandangi gadisnya yang terlihat cantik meskipun baru bangun tidur.

Kemudian Raynzal duduk di samping Rachel yang masih tiduran. Ia memerlukan waktu beberapa menit untuk mengumpulkan energinya.

Raynzal menyodorkan makanan tepat dihadapan Rachel, membuat gadis itu menatapnya dalam beberapa detik.

“Buat aku?”

“Iya,” Rachel mengambil makanan tersebut, lalu merubah posisinya menjadi duduk. Kebetulan, keduanya tengah berada di apartemen Raynzal.

Kemarin mereka baru saja pulang dari singapore. Itulah alasan mengapa Rachel menginap di sini. Jarak dari apartemen ke rumahnya cukup memakan waktu yang banyak, sedangkan Raynzal sudah lelah saat itu.

Buktinya sekarang ia masih merasa pegal pada bagian bahunya karena terlalu banyak beraktivitas di singapore.

Rachel menikmati makanan pemberian Raynzal. Pada suapan pertama ia langsung merasakan sesuatu yang berbeda. Yah, ini adalah kali pertamanya Rachel memakan greek yogurt.

“Kamu mau pulang?” Tanya Raynzal, dan Rachel langsung menggeleng.

“Mau disini aja ah. Sama kamu,” Perkataan itu justru membuat Raynzal tertawa kecil.

“Kalau mau sama aku kenapa semalem nggak mau tidur bareng?” Jawab Raynzal enteng, membuat Rachel menatapnya tak habis pikir.

“Ya nggak lah. Memangnya aku gila,”

Raynzal tidak menjawab. Ia hanya menikmati pandangan di depannya. Rachel benar-benar terlihat imut saat sedang menyantap makanan. Tak ada bagian yang membosankan dari gadisnya ini.

Raynzal kemudian menyandarkan tubuhnya pada tembok. Bertepatan dengan itu Rachel menyudahi makannya. “Rachel nggak mau makan banyak dulu, Zal,” ia menaruh piring keatas nakas.

Raynzal hanya diam. Lalu, satu tangannya menarik Rachel untuk masuk ke dalam pelukannya. Dan gadis itu tidak menolak, ia malah menyandarkan kepalanya pada dada bidang milik Raynzal.

Entah kenapa Rachel merasa biasa saja diperlakukan seperti ini. Seharusnya dia gengsi saat dipeluk oleh Raynzal, bukan malah diam dan menerimanya.

Kali ini si tampan menghusap punggung Rachel berkali-kali. Membuat gadis itu menahan senyum lantaran merasa sedikit geli.

“Hari ini aku mau ketemu Bunda. Rachel sendirian nggak papa?”

“Lama gak?”

“Nggak tau. Biasanya sih lama,”

“Iih. Masa Rachel sendirian sih?” Rachel melepas pelukannya, lalu cemberut.

“Mau ikut?”

“Nggak,”

“Ya memang seharusnya nggak usah ikut. Yang ada nanti Bunda nyuruh kita putus,” ujar Ragil diakhiri dengan helaan napas, sedangkan Rachel mengangkat sebelah alisnya bingung.

“Kok gitu?”

“Iya. Soalnya Bunda nggak ngebolehin anak-anaknya pacaran. Takut kejadian kayak Dinda keulang lagi,”

Temperature Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang