Edisi Flashback : 18
8 Tahun Lalu...
— Temperature Of Love —
MALAMNYA, setelah memastikan Rachel tidur pada pukul delapan, Raynzal memutuskan untuk ke kamar Sasa untuk menemui Bundanya sesuai perintahnya.
Dengan helaan napas panjang, ia mengetuk pintu dan langsung memutar knop. Dan ternyata pintu kamar tidak di kunci.
Raynzal langsung mendapati Bunda yang tengah tiduran sambil memainkan ponselnya. Melihat kehadirannya, lantas wanita itu langsung bangun dan menatap sang anak tanpa berkata-kata.
Raynzal masuk ke kamar dan menutup pintu kembali. Ia menatap Bunda yang sudah menunjukkan ekspresi lelah. Entah kenapa, dirinya merasa ada yang aneh pada Sasa. Meskipun tidak ketara, tapi Raynzal yakin bahwa ada satu hal yang berhasil membuat perasaannya tidak nyaman.
Pasti karena kejadian tadi.
Langsung saja ia duduk disamping Bunda.
“Ada perlu apa, Bun?”
Pertanyaan itu lantas membuat Sasa mematikan ponselnya lalu menaruhnya ke meja nakas. Ia memandang lekat anak kesayangannya. “Siniin dulu wajah kamu,”
Raynzal mengangkat sebelah alisnya. Tanpa aba-aba Sasa langsung menarik kepalanya dan tidak ada penolakan apapun dari sang anak.
Raynzal heran. Kini pandangan mereka bertemu dan hanya berjarak beberapa senti aja. Tidak ada sedikitpun tatapan benci yang Sasa tunjukkan untuknya.
“Wajah kamu ada memar. Habis berantem sama siapa lagi kamu, Rayn?”
“Di sebelah mana?” Lelaki itu masih setia memandang Bunda.
“Kening. Sebelah kiri,” ucap Sasa seraya mengambil obat merah di laci. “Itu kalo lukanya kamu kelupasin bakalan ngeluarin darah,”
Raynzal mengangguk. “Makanya aku diemin aja,”
“Sakit, gak?”
“Kalo dipegang sakit,”
Sasa memoleskan sedikit obat ke kening Raynzal dengan menggunakan telunjuknya. Tak ada sedikitpun ringisan yang keluar dari lelaki berbadan kekar itu. Pasalnya luka ini sudah lama ia dapat saat dirinya mendapat tonjokkan dari Regal.
Saat mereka bertengkar di rumah ini karena permasalahan Dinda.
Perlu diketahui bahwa Dinda merupakan gadis bagian dari masa lalu mereka sekaligus sosok yang sangat berarti bagi Raynzal dan Regal.
Makanya, kalau membahas Dinda, terkadang salah satu di antara mereka bakalan sensitif.
“Cuci muka setiap hari. Rajin perawatan supaya muka kamu enggak kusam. Kamu ngaca deh, muka kamu akhir-akhir ini item dan jelek banget,”
“Apaan sih, Bun. Masih ganteng gini juga,” ujar Raynzal seraya menghusap pangkal hidung.
Bunda diam. Memandangi anaknya itu tanpa berkata-kata. Tapi, suara Raynzal yang kembali menyapa telinganya membuatnya menoleh.
“Bunda mau ngomong apa sama aku?” Langsung saja ia bertanya pada inti.
“Banyak,”
Raynzal diam.
“Tapi kamu jangan tersinggung yah,”
“Iya, Bunda,”
Sasa menghela napas kemudian menundukkan kepalanya. “Bunda kecewa sama kamu, A,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...