SUASANA terlihat cerah pagi ini.
Burung-burung sudah bernyanyi sembari menari. Terik matahari yang menghangatkan suasana pagi menambah kesan indah dan sejuk.
Banyak orang berlalu lalang di sekitar gedung ABP. Mereka sibuk dengan urusannya masing-masing.
Begitupula dengan Rachel yang baru saja turun dari Alphard -nya. Gadis itu langsung disapa hangat oleh salah satu staff perusahaan—yang ia tidak tau itu siapa.
Jangan heran, itu sudah menjadi kebiasaan mereka. Orang-orang di sini cenderung memiliki sifat ramah. Berbeda sekali dengan CEO nya yang cuek dan dingin.
Kemudian, Rachel berjalan menuju gedung diikuti dengan managernya. Jam sudah menunjukkan pukul 10.05—yang artinya ia telat 5 menit.
Gadis itu mempercepat langkahnya, ia khawatir jika para staff menunggu kehadirannya.
Rachel masuk ke lift. Ia benar-benar khawatir. Untuk kedua kalinya dia tidak menepati janji.
Meskipun hanya telat beberapa menit, tetap saja Rachel dikelilingi oleh rasa bersalah. Dirinya takut para staff perusahaan kecewa atas keterlambatannya ini.
Keadaan lift menjadi hening begitu pintu tertutup. Manager Rachel berdiri di belakangnya. Sedangkan Rachel berdiri disamping salah satu lelaki berstelan kemeja navy yang tengah memasukkan kedua tangannya ke kantong celana.
Rachel diam, harap-harap lift bisa bekerja dengan cepat agar dirinya bisa segera sampai ke ruang pemotretan.
Dan sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10.08.
“Ehem,”
Suara deheman lelaki berbadan tinggi itu membuat Rachel menengadah kepalanya. Menatap sumber suara tanpa ekspresi apapun.
Keduanya saling tatap dalam hitungan detik, sebelum akhirnya Rachel menundukkan kepalanya. Ia nampak tidak asing dengan lelaki disampingnya.
“Mau pemotretan ya, neng?”
Suara berat itu kembali terdengar, membuat Rachel kembali menoleh. Ia menatap sejenak lelaki disampingnya, kemudian mengangguk singkat.
Bersamaan dengan itu pintu lift terbuka. Tanpa basa-basi Rachel beserta managernya pergi meninggalkan lift.
Namun, siapa sangka kalau lelaki itu juga ikut bersama mereka?
Ia berjalan disamping Rachel dengan santai. Hal itu lantas membuatnya semakin bingung. Sebenarnya siapa orang ini?
“Kamu siapa?” Langsung saja Rachel bertanya untuk menghilangkan rasa penasarannya.
“Lo lupa sama gue?” Kini mereka jalan bersebelahan. Rachel tidak menanggapi ucapan itu, ia sibuk berpikir. Mengingat-ngingat kembali siapa sosok disampingnya ini.
“Gue salah satu model di perusahaan ini. Gue Farhan, alumni SMA Cendrawasih. Sahabatnya Raynzal,” seolah mengerti apa yang Rachel pikirkan, Farhan langsung memperkenalkan dirinya. Membuat kedua mata Rachel melebar, sedikit terkejut.
“Lo Rachel, 'kan?”
Rachel mengangguk. “Kok muka kamu beda? Aku jadi susah ngenalinnya,”
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
أدب المراهقين[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...