RACHEL saat ini tengah duduk di kamarnya dengan keadaan yang amat kacau.
Kedua matanya bengkak, pipinya merah akibat tamparan keras yang Luna berikan padanya.
Gadis itu memeluk kakinya sendiri seraya bersandar pada tembok di tengah temaramnya lampu.
Lemas ia rasakan saat ini, serta pusing masih melandanya mengingat bahwa dirinya belum sepenuhnya sembuh dari sakit.
Tadi Luna memarahi Rachel habis-habisan. Membanting semua barang-barang berharga miliknya serta memukulinya dalam waktu yang cukup lama.
Rachel sendiri tidak bisa melawan lantaran badannya terasa sangat lemas, energinya sudah terkuras habis akibat menangis tanpa henti.
Regal?
Entahlah. Lelaki itu bahkan sampai kewalahan menyikapi perbuatan Luna.
Andai saja ada Ardi, Luna pasti tidak akan melakukan itu.
Sungguh, jika mengingat kejadian tadi, hati Rachel sangat sakit—seperti disayat oleh ribuan pisau yang amat tajam.
Rachel menelan salivanya, kemudian meraba tangan kirinya yang terdapat goresan luka.
Seketika pintu kamar terbuka sehingga menampilkan cahaya lampu dari luar kamar. Rachel menoleh, dan ternyata Regal.
Lelaki itu masuk lalu menutup pintu kembali. Saat gelap di rasa, ia langsung mencari stop kontak dan menyalakan lampu.
Pertama kali yang ia lihat adalah, keadaan Rachel yang cukup mengenaskan.
Regal langsung mendekatinya dan berjongkok di hadapannya, sedangkan Rachel malah memalingkan wajahnya acuh.
"Maaf," sempat hening beberapa saat sebelum akhirnya Regal mengucapkan satu kata tersebut.
Regal menatap Rachel dekat, memperhatikan secara detail bagian wajah gadis itu yang nampak merah.
Tidak ada respons apapun. Rachel menundukkan kepalanya, berusaha menghindari tatapan Regal yang hanya berjarak beberapa senti saja darinya.
"Maaf karena enggak bisa ngelindungin kamu," Regal melanjutkan ucapannya, sehingga membuat Rachel mendongkak dan menatap lelaki dihadapannya ini selama beberapa saat.
Mata Regal melihat ke arah dahi Rachel yang terdapat luka. Dirinya tau bahwa luka itu berasal dari pukulan keras yang Luna berikan menggunakan ponselnya.
Hantaman keras itu menyebabkan luka dengan pendarahan yang cukup banyak.
Lantas, Regal pun berdiri dan mencari kotak obat di kamar ini. Tak butuh waktu lama untuk ia kembali duduk di hadapan Rachel.
Rachel mengamati Regal yang tengah mencari plester. Kemudian lelaki itu mengambil obat luka dan menaruhnya ke kapas.
Regal memoleskan obat tersebut ke luka pada dahi Rachel dan membersihkan sisa darah yang sudah mengering.
Alhasil hal itu membuat Rachel meringis karena perih ia rasa kala lukanya diberikan obat merah.
Setelah beberapa detik, Regal menutup luka tersebut menggunakan plester. Dan, ia pun telah selesai melakukan tugasnya.
Lelaki itu mengulur tangannya dan membelai pipi Rachel secara halus. Lantas perbuatan tersebut berhasil membuat Rachel terpaku. Ditatapnya Regal dalam waktu yang cukup lama.
Melihat tatapan itu membuat Regal tidak bisa menahan getaran hebat di tubuhnya. Sekuat tenaga ia bersikap tenang. "Mana lagi yang sakit? Kasih tau aku,"
Entah kenapa Rachel benci dengan pertanyaan itu. Gadis itu menggeleng dengan cepat sembari memalingkan wajah.
"Kamu marah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...