Temperature Of Love-40

124 9 0
                                    

SEMENJAK Raynzal siuman, beberapa minggu berlalu cukup berat. Hari-hari terus berganti begitu cepat. Sampai saat ini Rachel masih sangat marah kepada Regal atas perbuatan yang telah dia lakukan. Tingkah lakunya benar-benar kelewat batas. Entah Rachel-nya yang bodoh atau Regal-nya yang kelewat brengsek, harusnya dari awal ia tidak usah mempercayai ucapan lelaki tersebut. Akan tetapi, karena ia tipikal orang yang terlalu khawatir dan cepat mempercayai orang lain, jadilah kejadian ini.

Saat ini Rachel baru saja selesai berbicara dengan Ardi. Perihal satu masalah yang beberapa minggu lalu pernah ia ceritakan kepada Pria itu—di rumah sakit. Dan sekarang, Rachel di suruh untuk menemui Bunda—sesuai permintaan wanita itu sendiri.

Entah kenapa ia merasa takut berhadapan langsung dengan Sasa. Dirinya masih trauma akan kejadian waktu itu. Bahkan, sampai saat ini ia masih belum bisa melupakan beberapa perkataan Sasa yang menyakiti hatinya.

"Hel, sini," perintah wanita itu sembari melambaikan tangannya diikuti dengan iringan langkah menuju kamarnya.

Alhasil, Rachel yang sedang duduk di sofa berdiri lalu mengikuti Bunda dari belakang. Sempat ada hembusan nafas berat yang keluar dari mulutnya.

Sampai saat ini Sasa masih belum mau berbicara dengannya. Setelah kejadian di mana ia jujur mengenai aib masa lalunya, Bunda menjadi berubah. Dia benar-benar tidak menganggap kehadiran Rachel di sekitarnya, wanita itu bahkan tidak memperdulikan suruhan Raynzal untuk berhenti mencuekinya.

Rachel memasuki kamar lalu duduk di tepi kasur, ia menundukkan kepalanya sembari memainkan jari-jemarinya. Jantungnya berdebar keras.

Sedangkan Sasa, dia sudah duduk di kursi kosong yang letaknya tak jauh dari posisi Rachel. Dia terus memandangi sosok dihadapannya dengan dingin.

Bunda menghela napas berat, lalu menyenderkan punggungnya ke sandaran kursi sembari melipat kedua tangannya di depan dada.

Tatapannya terlihat begitu serius.

"Berapa kali?" Sasa bertanya sembari mengangkat dagu, membuat Rachel langsung mendongkak kepalanya hingga tatapannya bertemu dengan tatapan Sasa. Detik berikutnya, ia berhasil dibuat bingung oleh pertanyaan tersebut.

Alhasil Rachel terdiam sembari memikirkan perkataan itu. Jantungnya semakin berdegup kencang disertai dengan tubuhnya yang mulai gemetar.

Tidak kunjung ada jawaban dari Rachel, sehingga keheningan tercipta diantara mereka. Sasa yang melihat itu menghela nafas panjang sembari berusaha untuk tenang.

"Berapa kali kamu udah nyerahin tubuhmu ke Raynzal, hm?"

Rachel rasanya ingin menangis ketika mendengar pertanyaan itu. Entah kenapa pertanyaan tersebut terkesan merendahkannya. Kini, hatinya kembali dibuat sakit untuk yang kesekian kali. Dan entah kenapa ia merasa muak dengan pertanyaan itu.

Dalam hati Rachel berdoa supaya nanti, setelah ini perkataan Sasa tidak semakin membuatnya sakit hati. Karena jika itu terjadi, dirinya tidak yakin apakah masih bisa menahan kesabarannya.

Ya, perlu diakui bahwa memang Rachel salah dalam hal ini. Wajar saja jika Sasa marah padanya. Ibu mana yang rela melihat anaknya melakukan hal bejat semacam ini?

Meskipun ini semua tidak sepenuhnya salah Rachel. Tapi, ada baiknya Sasa tidak usah memojokkannya seperti ini, 'kan? Lagipun Raynzal juga salah. Nafsu yang menghantuinya selama ini membuat dia berani melakukan hal nekat semacam ini.

Rachel sendiri sebetulnya tidak menginginkan hal ini terjadi. Tapi, ada daya dirinya tidak bisa menolak permintaan mantan kekasihnya itu dengan berbagai macam alasan di kepalanya.

Temperature Of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang