selamat membaca. semoga kalian suka. jangan lupa jaga kesehatan ya!<3
— Happy reading —
DI dalam mobil, Raynzal terus memandangi sosok yang sangat tidak asing baginya dengan kedua mata menyipit. Bola matanya sedikit melebar begitu menyadari bahwa ternyata musuh bebuyutannya tengah berada di kawasan gedung All Bright Places.
Regal sedang dalam pantauan Raynzal. Lelaki itu terlihat sedang memainkan ponselnya diatas kap mobil.
Raynzal harus mengurungkan niatnya untuk meninggalkan gedung begitu dirinya tidak sengaja melihat mobil Regal terpakir di halaman luas depan gedung. Ia mulai menerka-nerka, untuk apa kembarannya itu datang ke sini? Apa ada keperluan dengan Ardi? Tidak mungkin. Papanya sedang sakit dan tidak ada di gedung.
Tak lama kemudian, yang membuat ia sedikit terkejut adalah saat Rachel memunculkan diri dari dalam gedung dan menghampiri Regal. Seperti biasa gadis itu selalu diikuti bodyguard-nya.
Raynzal melihat Rachel tersenyum menatap kembarannya itu. Regal yang tadinya sedang fokus memainkan ponsel, kini mematikan benda pipih itu dan menyimpannya di saku celana.
Lelaki itu menyimak. Dirinya merasa panas begitu Regal menunjukkan ekspresi sumringah untuk Rachel. Apa-apaan itu? Kenapa ia harus melihat kejadian ini?
Keduanya menghabiskan waktu selama beberapa menit untuk mengobrol—sebelum akhirnya memasuki mobil dan meninggalkan bodyguard Rachel sendiri di tempatnya.
Mobil itu mulai melaju dan meninggalkan kawasan gedung dengan cepat.
Masih ditempatnya, dalam diam dan dengan perasaan tidak terima tentunya—Raynzal terus menatap mobil Regal yang perlahan menghilang dari pandangannya. Dirinya mulai tidak suka dengan kejadian yang baru ia lihat. Emosibya membara kala dirinya menyadari bahwa Rachel dan Regal tengah berada di mobil yang sama.
Lelaki itu menghela napas kasar diakhiri dengan decakan kesal. Kemudian ia menyalakan mustangnya dan melajukan mobilnya dengan gerakan kasar.
Raynzal sungguh tidak suka melihat kebersamaan mereka.
— Temperature Of Love —
SUDAH tiga hari ini Sasa dibuat khawatir oleh Raynzal lantaran anak lelakinya itu tidak kunjung pulang. Sejujurnya Raynzal sudah memberitahu Bunda bahwa ia sedang ingin menginap di apartemen untuk menenangkan diri.
Akan tetapi tetap saja Sasa khawatir. Takutnya dia malah kelayapan enggak inget waktu.
Katanya, Raynzal merasa terganggu oleh keberadaan anak Reffa. Bocah itu sedang sakit dan kerjaannya hanya menangis—sehingga membuatnya menjadi risi sekaligus kesal.
Memang berisik sih. Anak Reffa yang masih berumur 9 bulan itu selalu menangis tanpa henti. Telinga Raynzal saja sampai sakit mendengar teriakannya.
Kini Sasa sibuk memandangi layar ponselnya sembari memikirkan sesuatu. Ia ingin mengirim chat kepada Raynzal untuk menanyai kabar serta keadaannya, karena jujur saja Sasa sangat merindukan anak lelakinya itu.
Kebetulan sekali nomor yang di tuju tengah online.
Sasa : A, sehat?
KAMU SEDANG MEMBACA
Temperature Of Love
Teen Fiction[CERITA SUDAH LENGKAP] [SEQUEL OF RAYNZAL ANGKASA] Selama delapan tahun ini, Raynzal percaya bahwa hidupnya dihantui oleh kesedihan. Tidak ada sehari pun yang ia lewati untuk merenung dan menyendiri, meratapi nasibnya yang kian memburuk. Rachel, ga...