Chapter Delapan

81.1K 9.9K 822
                                        

Masya Allah La haula wala quwwata illa Billah🥺

Alhamdulillah, bisa double up.

Semoga kalian semua suka❤️

Jangan lupa 🌟 dan 💬

Sudah siap buat baca?

Let's go!!

-HAPPY READING
______

Ku pikir memiliki nya hanya angan belaka, ternyata pikiran ku itu salah. Aku sempat lupa, bahwa Allah itu lah penentu takdir, apa yang menurut orang lain tidak mungkin, bagi Allah itu sangat... Sangat mungkin.

***

Di dalam kamar Gus Adnan tengah rebahan dengan tangan memegang tasbih, mulutnya berkomat-kamit. Sebar-barnya dia, ilmu agamanya tidak dapat di ragukan lagi.

Setiap perhari, ia selalu menargetkan seribu shalawat, tidak boleh terlewat, jikalau pun terlewatkan, maka hari esok ia akan menggantinya dua kali lipat.

Tok... Tok... Tok...

Mendengar pintu kamarnya di ketok, Adnan menghentikan shalawatnya, dan meletakan tasbih tersebut di dalam laci.

"Adnan, buka nak...." Panggil Umi Rahmah dari luar.

"Iya, Umi. Sebentar..." sahut Gus Adnan, setelah menutup laci ia berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Kenapa Mi?" tanyanya bingung, terlebih lagi ekspresi wajah Uminya saat ini terlihat sangat bahagia.

"Ayok ke luar nak, calon mertua kamu sudah datang."

Deg.

Gus Adnan pikir, ucapan Abi nya kemarin hanya bercanda, ternyata... Ini sungguhan!

"Kok cepat banget, Mi? Kenapa harus sekarang?"

Senyum Umi Rahmah luntur. "Kamu mau mengecewakan umi nak?"

Gus Adnan terdiam, ia tidak suka jika melihat uminya bersedih, dengan lembut ia menggeleng. "Enggak Mi, Adnan gak mau mengecewakan Umi."

"Makanya, sekarang kamu ikut Umi ke depan, ya." Terlihat sekali di mata wanita paruh baya itu terselip harapan besar pada sang putra.

"Kenapa harus aku Mi? Kenapa gak Azhar aja?"

Helaan napas berat terdengar dari mulut Umi Rahmah. "Ya sudah, kalau kamu tidak mau, tidak apa-apa, Umi mau ke depan dulu," ucapnya dengan nada kecewa.

Gus Adnan merasa berdosa, ia tak suka ini! Dengan sigap ia menarik tangan sang Umi.

"Umi, tunggu...."

Umi Rahmah menoleh ke belakang. "Kenapa,lagi?"

"Adnan mau... "

Senyum Umi Rahmah kembali terpancar. "Serius?"

Gus Adnan mengangguk dengan Ikhlas. "Serius, Adnan sayang Umi, Adnan tidak ingin mengecewakan Umi."

Umi Rahmah menggandeng lengan tangan Gus Adnan, dan langsung membawanya ke ruang tamu.

Saat sudah berada di depan ruang tamu, Gus Adnan merasa canggung.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang