Chapter Dua Belas

76.1K 8.2K 541
                                    

Hi, aku up lagi sesuai janji, malam tadi gak sempet nulis selesai, akunya ketiduran, jadi jam segini deh updatenya.

Aku mau TEKANIN SEKALI LAGI SAMA KALIAN, KONFLIK DARI VERSI LAMA DAN SEKARANG BERBEDA.

ORANG YANG JAHATNYA PUN BERBEDA.

____________________

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan dunia adalah isteri yang shalihah.” (HR Muslim dari Abdullah bin Amr).

“Adnan, bangun nak, sudah shalat shubuh,” ucap Umi Rahmah membangunkan Adnan yang tertidur pulas di atas sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Adnan, bangun nak, sudah shalat shubuh,” ucap Umi Rahmah membangunkan Adnan yang tertidur pulas di atas sofa.

Engh....

“Jam berapa Mi?”tanyanya sembari menggeliat dan menguap.

“Lima, mandi gih sana, terus shalat di rumah aja, soalnya di mushala putra kayanya sudah mulai.”

Seketika Adnan langsung bangkit dari sofa. “Astaghfirullah Umi, kok baru bangunin sekarang, jadi Adnan gak bisa ikut shalat berjamaah 'kan,” kesalnya pada sang Umi.

“Loh, mana umi tahu kamu di sini, orang tadi lampu depan mati, umi kira kamu tidur sama Azkiya diam-diam,” sahut Umi dengan nada meledek.

“Astagfirullah Mi, pikirannya dari kemaren ngelantur terus, udah ah, Adnan mau mandi dulu, minjem kamar mandi Umi boleh?”

Umi Rahmah menggeleng. “Gak boleh, kamu 'kan ada kamar mandi sendiri di kamar, ngapain mandi di kamar mandi Umi coba.”

Adnan berdecak pelan. “ Ada Azkiya di kamar aku mi, nanti dia bangun terus ngira macam-macam gimanA?”

Umi Rahmah menggidikkan kedua bahunya. “Gak tahu, ya udah Umi mau masak dulu,” ucapnya lalu beranjak pergi meninggalkan Adnan yang tengah kebingungan.

“Gimana ini?” setelah berpikir panjang akhirnya ia memutuskan sesuatu. “Ya udah mandi di kamar aku aja, kayanya Azkiya belum bangun,” katanya lagi, lalu beranjak pergi ke kamarnya.

CEKLEK....

Perlahan ia membuka pintu kamarnya, matanya melihat ke arah Azkiya yang tengah terbaring di atas kasur.

Adnan mengelus dadanya pelan. “Alhamdulillah deh, kalau dia masih tidur,” gumamnya pelan.

Dengang langkah yang mengendap-endap ia berjalan menuju lemari untuk mengambil handuk. Setelah handuknya sudah ter-ambil, ia kembali mengendap-endap ke arah kamar mandi.

Di atas kasur, Azkiya terbangun dari  tidurnya, perlahan ia menyandarkan diriny di kepala kasur.  Lalu mengusap-usap matanya .

Matanya melihat ke arah jam yang berada di meja dekat lampu tidur. “Sudah subuh, aku shalat dulu deh,” katanya lalu dengan sangat pelan ia menurunkan kakinya ke lantai, sambil memegang ujung ranjang kasur.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang