Chapter Sembilan belas

74.2K 9.4K 752
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

****

"T-tapi, aku takut Gus."

Adnan menggeleng lalu, menelungkup'kan wajah Azkiya ke hadapannya dengan tatapan penuh cinta. "Jangan takut. Ayo tatap saya sayang, siapa yang sudah buat kamu jadi gini? Gak mungkin kan kamu gak tahu?"

Azkiya terdiam, pertanyaan Adnan membuatnya teringat dengan Rina. Mengingat Rina membuat pikiranya kembali membayangkan keadaan di dalam tong tadi, dimana Azkiya tersiksa di dalamnya.

Merasa tak ada jawaban  dari Azkiya, Adnan mengusap-usap kepala istrinya itu. "Saya gak akan maksa kamu, saya tahu kamu masih trauma, nanti saja ceritanya, sekarang ayo rebahkan tubuh kamu."

Perlahan Adnan merebahkan tubuh Azkiya di atas kasur. Setelah itu, ia mengusap-usap kepala Azkiya yang masih terbalut hijab itu. Adnan belum berani melihat auratnya Azkiya, tadi saja saat menggantikan baju Azkiya, ia menggantikan bajunya sambil menutup mata.

"Pejamkan mata kamu ya? Lupakan kejadian tadi, nanti kalau kamu sudah enakan kamu cerita sama saya," ucap Adnan sambil merebahkan diri di samping Azkiya, serta memeluknya dari samping, untuk menyalurkan rasa hangat agar Azkiya tidak ketakutan.

"Hm...."

"A-aku jatuh sendiri," sahut Azkiya tiba-tiba dengan nada suara gagap. Ia takut menyebut nama Rina, sangat takut.

Adnan menggeleng. "Gak. Kamu bohong, saya tahu, sekarang kamu tidur istirahat, nanti kalau kamu sudah ga trauma lagi, baru kamu ceritakan semuanya sama saya."

Azkiya terdiam. Perasaan nya saat ini campur aduk. Rasa takut, rasa tak percaya bahwa laki-laki dihadapan nya ini suaminya, semuanya tercampur menjadi satu.

Adnan yang melihat Azkiya menatap lurus ke atas langit-langit merasa sadar bahwa perasaan istrinya saat ini pasti sangat kacau.

Adnan memang benar-benar suami Peka.

Ia membalikan tubuh Azkiya agar menghadap dirinya, lalu ia arahkan tubuh kecil istrinya itu ke dalam Kungkungan nya.

"Jangan pikirin apa-apa dulu sekarang. Pejamkan mata kamu, istirahat, jangan ingat kejadian tadi untuk sementara waktu ini. Hilangkan rasa takut kamu, saya ada di sini, dan yang lebih terpenting, ada Allah, yang selalu menjaga hamba-hamba Nya dari mara-mara bahaya yang ada di sekitar."

Azkiya mendongak sedikit ke atas, melihat tatapan penuh cinta dari Adnan membuatnya luluh, ia mengangguk, lalu mulai memejamkan matanya, dan berusaha melupakan sejenak ketakutan yang ia alami tadi.

Adnan tersenyum saat melihat istrinya itu sudah tertidur.

Tangannya terangkat mengusap kepala Azkiya, dan mengecup kening Azkiya.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang