Chapter Lima belas

73.9K 9K 436
                                        

Warning ⚠️

Apabila cerita ini menurut kalian tak berfaedah, dan membuat kalian lalai dalam beribadah, mohon maaf ya.

Tegur aku dengan baik, maka akan aku respon kalian dengan baik jga.

Jangan lupa vote dan komen, untuk menghargai jerih payah penulis yang sudah berusaha mengusahakan diri agar bisa update.

Semoga kalian suka part kali ini❤️

••••••••••••

"Gak papa deh di omelin sama Azkiya, lumayan bisa ngerasain di marahin istri, haha."

— Adnan Al-Fahrezi

.
.
.
.

[ Chapter Lima belas ]

Setelah menggerutu di tanya Alfamart, dan kini ia sudah berada di luar, diam sambil menunggu Azkiya.

Tak memerlukan waktu lama, kini pintu Alfamart terbuka, menampilkan Adnan dengan mimik wajah yang tidak dapat di artikan.

Istri ku diam aja cantik, ya Allah. Nikmat  engkau yang mana yang aku dusta kan.  Batin Adnan dalam hati.

"Az, ka— "ucapan Adnan terpotong, tatkala kaki nya di injak dengan kasar oleh Azkiya.

BAGH!

"Aduh!" pekik Adnan kesakitan, kalau menginjak nya pakai sandal jepit mah kaga apa-apa, lah ini sandal nya Azkiya bawahnya selop pendek, gimana gak sakit coba!

"Itu akibat ngaku-ngaku jadi suami aku!" kesalnya lalu berjalan meninggalkan Adnan tanpa perduli dengan ringisan laki-laki itu.

Adnan geleng-geleng kepala. "Untung sayang, kalau gak paling udah ku makan."

Setelah rasa sakit di kakinya sudah mendingan, ia berjalan menyusul Azkiya yang sudah lebih dahulu ke parkiran tempat mobilnya berada.

Di parkiran Azkiya sudah lebih dulu sampai, ia masuk dan duduk dengan wajah masam.

Umi Rahmah yang sedari tadi duduk diam di depan bank yang ada di dekat Alfamart, berdiri dan langsung berjalan menuju mobil.

Ia sengaja menghilang Sebentar, biar putranya itu ada waktu berdua-duaan sama istrinya.

Saat pintu mobil terbuka, dan Umi Rahmah masuk, Azkiya langsung merubah ekpresinya, agar tidak masam lagi, soalnya gak sopan.

"Sudah belanja nya Ki?" tanya Umi seraya memasang sabuk pengamannya.

"Sudah, Mi...."

"Gimana? Gak ada yang kurang 'kan?"

Azkiya menggeleng. " Gak ada Mi. Oh ya, mi nanti beli jajan di jalan boleh? Temen-temen Kiya pada pesan."

"Iya, boleh."

Hening beberapa detik.

"Umi tadi kemana? Kok gak ikut ke dalam?" tanya Azkiya tiba-tiba.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang