Chapter Empat Puluh

48.4K 6K 677
                                        

سْمِ ٱللَّٰهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ

ASSALAMUALAIKUM 🙌

Alhamdulillah aku update lagi, maaf karena part kemarin pendek yaa, karena itu aku posisinya lagi buru-buru buat pergi ke majelis, tapi skrg udah agak free makanya bisa update, buat readers tercinta....😼😍

Warning 🙌⚠️

1. Apabila cerita ini membuat kalian lalai dalam beribadah, maka hapus dari perpus kalian.

2. Apabila suatu saat nanti atau besok, lusa, ada ilmu agama yang kurang tepat, aku sampaikan di sini, maka tegur lah aku dengan baik, dan sopan. Sebab, aku juga manusia, tempatnya salah dan khilaf.

3. Jangan lupa share, vote, cerita ini + follow akun aku, biar tahu info" update.

•••

Minggu ini, adalah Minggu terakhir kelas dua belas menjalani pembelajaran di pesantren, karena Minggu depan sudah masuk jadwal ujian kelulusan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu ini, adalah Minggu terakhir kelas dua belas menjalani pembelajaran di pesantren, karena Minggu depan sudah masuk jadwal ujian kelulusan.

Azkiya berdiri di depan cermin, sambil memakai celak matanya. Selain dapat menghilangkan pucat di wajah, celak juga di Sunnah kan oleh Rasulullah Saw.

"Alhamdulillah ya, ga kerasa, mondok udah hampir enam tahun, dan sebentar lagi bakalan lulus," gumam Azkiya bersyukur.

Setelah selesai memakai celak, ia mengambil salah satu kitabnya, lalu duduk di pinggiran kasur sambil memejamkan matanya, dan mulai membacakan hafalan yang ia sudah hafal.

" A'n Aisyah qolat sami'tun nabiyya shalallah 'alaihi wassalam yaqulu innal mu'mina yadrik eh-bukan yudrik, eh-yadrii apa yudrik ya?"

"Yudriku bi Husni Khulqihi Darajati qaimall layli Shaimma nahar," sambung Adnan yang entah sejak kapan datang dari mushala.

Azkiya membuka matanya terkejut, melihat keberadaan Gus Adnan yang secara tiba-tiba. "Astagfirullah mas... Kamu mah ngagetin aku aja. Orang, kalau baru datang ucapin salam dulu, ini enggak... Malah langsung nyambung."

Adnan terkekeh, sambil melipat sejadahnya. "Mas sudah ngucapin salam di luar tadi, mungkin kamu enggak denger."

Azkiya menggidikkan kedua bahunya acuh. "Mungkin aja iya, aku yang ga denger," sahutnya, kemudian kembali fokus membacakan hadis yang sudah ia hafal.

Setelah melipat sejadahnya, Adnan melepas peci nya, lalu mendudukkan dirinya di samping Azkiya. "Kok jam segini sudah siap sayang? Masih jam setengah tujuh loh."

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang