Chapter Tiga Puluh Tujuh

45.2K 6.2K 1.1K
                                        

Bismillahirrahmanirrahim 🌻

HAI HAI HAI, AKU UPDATE LAGI❤️

SENENG GAK? SENENG DONG MASA ENGGAK.

Warning⚠️

1. Jika cerita ini membuat kalian lalai beribadah, maka aku mohon tinggalkan saja.

2. Jika kalian merasa cerita ini, tak berfaedah sedikit pun, maka tinggalkan juga...

3. Jika ada ilmu agama yang sedikit salah, atau melenceng, tlong beri tahu aku, karena aku manusia, tempat nya salah dan khilaf.

4. Jangan lupa vote, karena vote dari kalian sangat berarti untuk aku.

5. Jangan lupa follow Instagram:
@nurhlisa_19
@adnantamfan_

 Jangan lupa follow Instagram:@nurhlisa_19@adnantamfan_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sebaik-baiknya cinta, adalah cinta setelah pernikahan."

***

Setelah Adnan pergi, Azhar masih setia duduk di kursi tersebut dengan posisi duduk tegak, diam, persis sekali seperti patung hidup.

"Apa iya, aku udah ada rasa sama si Curut?" tanyanya pada diri sendiri, dalam hati.

Ia menggeleng pelan. "Ga, kayanya engga deh... Mungkin itu cuman reflek, karena auratnya kelihatan, makanya aku marah," balasnya pada pertanyaan yang di lontarkan pada diri sendiri tadi.

Azhar berdiri dari duduknya, kemudian menggerakkan tangannya ke depan, sampai berbunyi...

Krekkk

"Mending pulang aja deh, siap-siap buat ngajar les malam di santri putri," katanya lagi, kemudian ia beranjak pergi menuju rumahnya.

Di sepanjang jalan sebelum sampai rumah, ia terus berpikir, apa iya, dirinya sudah punya rasa? Masa secepat ini? Bukannya kemarin-kemarin dia suka Azkiya? Apa semudah itu dirinya berpaling?

Berbagai pertanyaan berputar-putar di kepalanya, bagaikan angin.

Sampai di depan rumah, ia membukanya, namun sejenak ia bingung, tumben sekali Mitha tidak mengunci pintu.

Ia mengernyit. "Nih, pintu kenapa ga di kunci?"

Azhar menggidikkan kedua bahunya acuh, kemudian masuk ke dalam rumah. "Assalamualaikum," ucapnya, kemudian ia kembali menutup pintu, dan tak lupa menguncinya.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang