Chapter Tiga

106K 12.1K 638
                                        

Hai bestieee🤩

Aku update lagi nih, seneng gak?

Btw, jangan lupa follow Instagram aku buat tahu spoiler & kapan aku up yaa @nurrhlis_19

Adnan sama Azkiya juga pnya Instagram loh, kalian bisa lihat informasi Ig mereka di Instagram aku.

Panggil aku Bubun❤️

Part kali ini panjang, hati-hati bosan!😤🥰

Jangan lupa komen setiap paragraf biar aku semangat nulisnya❤️🥰

Panggil aku Bubun, jangan tor/min/ apalah itu😤

Selamat membaca 🍌

Ketika kamu bahagia saat melihatnya maka itu berarti kamu mencintainya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika kamu bahagia saat melihatnya maka itu berarti kamu mencintainya.

-Muhammad Adnan Al-Fahrezi

****

Sedari tadi, Salsa tidak henti-hentinya mengomeli Azkiya karena membuatnya menunggu lama. Karena merasa jengah dengan Omelan dari Salsa, Azkiya mulai membuka suara.

"Gak capek ngomel terus Ca?"

Kening Salsa mengerut. "Gak bakal capek, sebelum kamu kasih tahu alasan yang jelas dan pasti."

Azkiya terkekeh. "Udah kaya hubungan aja, harus pakai alasan jelas dan pasti."

Salsa yang tengah mengucek baju menghentikan aktivitasnya. "Ya harus, semua itu harus ada kejelasan dan kepastian."

"Aduh!" pekik Salsa saat kepalanya di geplak pelan oleh Azkiya.

"Kebanyakan drama kamu Ca, sudah ah, gak usah banyak omong mending selesaikan nih baju-baju kamu sekarang, sebentar lagi shalat Dhuha, aku gak mau ya sampai terlambat gara-gara ini."

Salsa berdecak. "Iya... Iya. Tapi jelasin dulu, kenapa kamu lama banget ke sini nya."

Azkiya menghembuskan napasnya kasar. "Masalah surat," balasnya dengan nada kesal.

"Kamu di kirimin surat lagi? Kenapa gak coba balas aja, sih, sesekali."

Seketika mata Azkiya membola, langsung saja ia menoyor kepala Salsa ke samping. "Punya teman sesat banget, ya Allah," ucapnya.

Salsa mengusap kepalanya yang terbalut jilbab. "Jangan di giniin juga kali, kepala ku, Ki."

"Habisnya, ngasih saran sesat banget. Tadi itu, bukan aku yang di kirimi surat."

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang