Chapter Dua Puluh Sembilan

52.4K 7.1K 326
                                    

Bismillahirrahmanirrahim 🍂

Halo semuanya, apa kabar? Kalian sehat kan, maaf ya aku jarang update, karena kemarin aku habis ujian kelulusan, dan Alhamdulillah sekarang ujiannya sudah selesai.

Karena sudah lama aku gak update, insya Allah part ini panjang, tapi kalian jangan bosan-bosan YAA....

Oh iya, sebelum aku mulai, puasa kalian gimana? Lancar? Apa lagi berhalangan?

Buat yang puasa semangat ya! Dan buat yang udah ikut PO novel Adnan, Syukron ❤️

Okhe, mungkin cuman itu #cuap-cuap dari aku, sekian terima Adnan, mari kita meluncur ke part selanjutnya.

Eits bentar, kalau kalian lupa alur, bisa baca ulang part sebelumnya dulu yaaaa...

••••••

Pagi-pagi sekali, sekitaran pukul enam pagi, setelah shalat Isyraq di rumah, Mitha pergi ke dapur untuk memasak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali, sekitaran pukul enam pagi, setelah shalat Isyraq di rumah, Mitha pergi ke dapur untuk memasak. Meski rasa kecewanya terhadap Azhar sangat besar, ia tak akan pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang istri, minimal memasak untuknya. Pikir Mitha.

"Aku masak apaan, yah?" tanyanya pada diri sendiri.

Satu persatu lemari kecil yang ada di dapur ia buka, tak ada satupun di sana. "Semuanya kayanya habis, eh--- bukan habis, tapi emang belum di beli," katanya sambil menepuk jidat.

"Aku minta sama Azkiya aja kali ya?" Ia menimang-nimang pertanyaan di pikiran nya terlebih dahulu. " Iya deh, aku minta sama Azkiya aja," katanya setelah mendapatkan keputusan.

Mitha ke kamar, mengambil jilbabnya lalu berjalan menuju luar rumah. Saat berada di pintu depan rumah, ada Azhar yang baru saja datang dari mushala, dengan tatapan datar ke arah Mitha.

"Apa lihat-lihat? " tanya Azhar dengan nada tak bersahabat.

"Melotot lagi," lanjut Azhar lagi.

Mitha tersadar, langsung saja ia memasang wajah judesnya. "Dih, siapa yang lihat. Mata ku kan emang besar kaya gini, ya jelas lihat apa-apa lebar," sahutnya, lalu pergi melewati Azhar sambil menyenggol bahu laki-laki itu.

"Aduh." Azhar meringis karena bahunya serasa sedikit sakit, akibat di senggol oleh Mitha.

"Maaf. Ga sengaja," kata Mitha lagi, kemudian ia berjalan, dan kembali berbalik untuk belon kanan, karena rumah Azkiya dan Adnan hanya berjarak dengan batas dinding, alias rumah mereka bersebelahan.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang