Chapter Tiga puluh sembilan

39.7K 5.6K 276
                                    

Bismillahirrahmanirrahim 💐

HAI... AKU UPDATE LAGI NIH, GIMANA SENENG GAK?

ALHAMDULILLAH KALAU SENENG.

*SEBAIK-BAIKNYA BACAAN ADALAH AL-QUR'AN, JADI USAHAKAN MINIMAL SEHARI SATU LEMBAR YA TEMAN-TEMAN*❤️🤗

Warning ⚠️


1. Jika cerita ini, tidak memberikan faedah sedikit pun kepada kalian harap tinggalkan cerita ini yaa..

2. Jika ada ilmu agama yang kurang tepat, yang saya tuliskan di dalam cerita ini, mohon di tegur dengan baik.. kan saya juga manusia, tak luput dari salah dan khilaf...

3. Jika cerita ini membuat kalian menunda shalat, atau membuat kalian bermalas-malasan, harap hapus cerita ini dari perpustakaan kalian, sebab, saya tidak ingin cerita ini menjadi mudharat bagi orang lain.

4. Jangan lupa vote, komen, dan share yaaa, karena suport dari kalian, sangat-sangat amat berarti untuk saya.

 Jangan lupa vote, komen, dan share yaaa, karena suport dari kalian, sangat-sangat amat berarti untuk saya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••


Saat ini, Mitha sudah berada di rumah Azkiya, lebih tepatnya sih di ruang depan. Keduanya, bercanda dan tertawa ria bersama-sama.
Sampai pada akhirnya, Azkiya teringat sesuatu.

“Em, Mitha, kata kamu tadi, mau cerita kenapa bisa Gus Azhar sakit, gak jadi yah ceritanya?” tanya Azkiya mengingatkan Mitha tentang dirinya yang ingin bercerita tadi.

Mitha menepuk jidatnya pelan, ia lupa, maklum... Manusia kan tempat nya lupa, salah, dan khilaf.

“Jadi kok Kiya... Aku lupa hehe, tadi kan kita asik bercanda,” sahut Mitha sambil tertawa kecil.

“Yaudah atuh, sok cerita,” kata Azkiya mempersilahkan.

Mitha menggaruk lehernya yang serasa gatal, ia bingung mau cerita dari mana. “Jadi gini Kiya, kamu tahu ga kalau semalam tuh...” ia menjeda ucapannya, karena bayang-bayang pernyataan cinta Azhar, membuatnya tak bisa berkata-kata.

“Mana aku tahu Mith, kamu kan belum cerita...”

Mitha senyum-senyum sendiri. “Hehhe, iya ya... Maaf... Maaf..., Okhe aku cerita, bentar aku tarik napas dulu....”

Mitha menarik napasnya, lalu mulai bercerita. “Jadi gini, kan kemarin tuh, Papa beliin aku meja rias, nah karena di kamar ga muat, aku pindahin meja kitabnya Gus Azhar ke depan. Terus, kan pas Gus Azhar masuk kamar itu, aku sengaja ngasih parfum banyak-banyak....”

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang