Chapter Tujuh belas

71.6K 9.3K 568
                                        

Jangan lupa pencet 🌟 dan tuliskan 💬

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa pencet 🌟 dan tuliskan 💬

••••••••••••

Azkiya berlari cukup kencang, ia khawatir. Dia sudah menganggap Umi Rahmah itu seperti ibu kandung sendiri. Sesampainya di depan Ndalem, ia mengatur napasnya terlebih dahulu.

"Huh...."

Baru saja ia mendongak, pintu Ndalem yang terbuka lebar itu menampilkan sosok seorang pria, yang tak lain adalah Kyai Abdurrahman.

"Loh, Nduk Azkiya, ada apa?"

Azkiya mengerutkan keningnya bingung. Kalau Umi Rahmah sakit, kenapa Kyai Abdurrahman terlihat biasa-biasa saja, seperti tak khawatir?

Ah mungkin ke khawatiran nya di sembunyikan dari orang lain. Pikir Azkiya mencoba positif thinking.

"Anu Abuya, Umi Rahmah lagi sak-"

"Abi, gak ke kantor?" ucapan Azkiya terpotong oleh kehadiran Adnan yang secara tiba-tiba.

"Ini Abi mau ke kantor, kenapa emang nya?"

Adnan menggeleng. "Gak papa Bi."

"Azkiya ayo masuk, Umi dari tadi manggil kamu, Umi bilang lagi gak enak badan," tutur Adnan pada Azkiya.

"Loh, bukanya Umi se-"

"Azkiya ayo, nanti sakitnya Umi tambah parah." Adnan langsung membuka suara lagi, Abi nya ini tidak bisa di ajak kompromi.

Azkiya tak menjawab, ia melepas sandalnya lalu menurun kan tangan kanannya, tanda permisi. "Azkiya masuk dulu Bi," pamitnya sopan.

Kyai Abdurrahman meminggirkan tubuhnya sedikit ke samping. "Iya, Nduk."

Saat Azkiya sudah masuk ke dalam kamar, Kyai Abdurrahman menatap Adnan penuh selidik. "Ada apa ini? Bukanya Umi sehat, kenapa kamu bilang sakit?" tanya Kyai Abdurrahman panjang lebar.

Adnan menengok ke belakang sebentar, lalu meletakkan jari telunjuknya di depan mulut "sytsss... Abi ngomong nya jangan kenceng-kenceng."

Kyai Abdurrahman menaikan satu alisnya ke atas. "Loh, kenapa?"

"Umi itu mau bantuin aku biar aku bisa dekat istri, jadi Abi harus mau berkompromi, supaya rencana aku sama Umi berhasil," jawab Adnan menjelaskan.

Kyai Abdurrahman geleng-geleng kepala. "Rencana kamu kali, masa iya Umi bikin rencana gini, Hu! Awas aja kamu macem-macem!" seru nya seraya menyentil jidat Adnan.

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang