Chapter Tiga Puluh Dua

51.4K 6.2K 602
                                        

بسم الله الرحمن الرحيم

Bismillahirrahmanirrahim...
Alhamdulillah aku kembali update di sini.

Sorry for making you wait so long😭
Mood nulis aku kemarin bener-bener anjlok ilang, tapi Alhamdulillah sekarang sudah balik doain biar aku rajin ya ygy

***

Setelah empat jam berlalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Setelah empat jam berlalu. Kini, masakan rendang ala mereka sudah matang, bahkan aroma rendang nya sampai memenuhi ruangan dapur kecil mereka.

"Masya Allah ya mas... Usaha kita berjaga secara gantian di depan kompor ga sia-sia. Rendang kita aromanya sedep banget, baru dilihat aja udah menggiurkan banget," ucap Azkiya sambil mengambil rendang dari dalam panci, kemudian menaruhnya di atas piring yang sudah ia siapkan.

Adnan mengangguk meng-iyakan ucapan sang istri. "Iya sayang, Alhamdulillah... Oh iya, mangkuk yang ini bawa ke asrama aja yang, kasih temen-temen kamu, sebagai rasa permintaan maaf karena sehabis maghrib tadi kamu ga ke asrama."

Mendengar ucapan Adnan, seketika Azkiya teringat akan sesuatu, reflek ia memukul jidatnya sendiri. "Astagfirullah...! Aku lupa tadi habis maghrib gak ke asrama, karena nungguin rendang mateng," ucapnya panik.

Beberapa detik kemudian ia mengerutkan keningnya bingung, kenapa suaminya bisa tahu? "Mas, kenapas kamu tahu kalau aku ada janji sama temen-temen ke asrama?"

Mendengar pertanyaan sang istri, Adnan tertawa renyah. "Sayang... Sayang. Mas ini, suami kamu, sudah hafal apa yang kamu lakukan setiap hari, sehabis maghirban pasti ke asrama. Dan hari ini, karena kita masak, kamu ga sempet ke sana, takut nya aja nanti mereka marah, makannya mas saranin kamu buat bawa ini ke mereka," ujar Adnan memberikan saran yang sangat bijak.

Tumben banget gus Adnan bijak. Biasanya aja kaya cacing kepanasan🤣

Azkiya tersenyum haru mendengar penjelasanan dan saran yang di berikan oleh suaminya itu. "Aaa, mas... Makasih ya, udah ingetin aku."

Adnan mengangguk seraya tersenyum, kemudian tangannya terangkat dan mengusap puncak kepala Azkiya lembut. "Iya sayang. Ya sudah, ini bawa mangkuk nya ke asrama sekarang juga, biar ga keburu dingin rendang nya...,"jeda beberapa saat. "Mas juga mau nyiapin satu mangkuk lagi—"

Belum sempat Adnan menyelesaikan ucapannya, Azkiya malah memotongnya. "Untuk siapa mas, satu mangkuk lagi, untuk Mitha sama Azhar?"

Adnan menggeleng. "Bukan, Azhar mah bisa beli sendiri."

Azkiya mengernyit. "Terus, buat siapa mas?"

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang