Eh Gus Adnan! [ TERBIT]

Chapter Empat Puluh Tujuh

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Hai! Nah, beneran double update Kan🤣

Lopyou sekebon deh buat kalian<3

Kalau kalian mau aku sering update, tunjukin effortnya dong, biar aku juga nge-effrot lebih dari kalian, curi-curi waktu buat nulis contohnya🤣

Bacanya enjoy yaa....❤️

كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٍ.
  وَّيَبۡقٰى وَجۡهُ رَبِّكَ ذُو الۡجَلٰلِ وَالۡاِكۡرَامِ‌ۚ .

Artinya: "Semua yang ada di bumi itu akan binasa , tetapi wajah Tuhanmu yang memiliki kebesaran dan kemuliaan tetap kekal.

•
•
•

"Azkiya?" panggil Adnan mencoba memastikan bahwa istrinya itu sudah sadar.

"Ayah... Bunda..." Bukannya menjawab panggilan dari Adnan, gadis itu malah justru meracau menyebut Ayah dan Bunda nya. Melihat keadaan menantunya seperti itu, Ummi Rahmah mengusap puncak kepala Azkiya dengan lembut.

"Ummi, Kenapa Azkiya di infus, bukannya tadi pagi kita ada di acara perpisahan ya?" tanya Azkiya ketika melihat infus dan selangnya menempel di tangan kanannya.

"Kamu sakit sayang, makanya di infus..."jelas Ummi Rahmah dengan lembut.

"Aku juga mimpi buruk banget Ummi... takut," katanya lagi. Kemudian ia langsung memeluk Ummi Rahmah dengan erat. Terlihat sekali, ia sedang ketakutan. Bahkan, matanya berkaca-kaca.

Ummi Rahmah, Adnan, dan Kyai Abdurrahman saling berpandangan. Apakah Azkiya berpikir kejadian ini adalah mimpi? Ya, Azkiya pikir semua yang di lihatnya beberapa saat lalu adalah mimpi.

"Kamu minum dulu ya sayang, biar tenang." Ummi Rahmah menyodorkan segelas air yang ada di meja kepada Azkiya.

Azkiya menyambut gelas itu. "Terima kasih Ummi."

"Sama-sama, sayang."

Setelah meminum setengah air dari gelas, ia mengembalikan gelas itu pada Ummi Rahmah. Kemudian, Adnan memegang bahu Ummi Rahmah, memberikan kode, bahwa Adnan ingin berada di samping Azkiya.

Ummi Rahmah yang paham pun langsung beralih memberikan ruang untuk Adnan, setelah itu langsung saja Adnan duduk di pinggir brankar  sambil menggenggam tangan Azkiya dengan lembut. Ia tidak bisa menyembunyikan kematian kedua orangtua Azkiya terus menerus, daripada Azkiya tahu dari orang lain lebih baik dari dirinnya sendiri.