Chapter Dua puluh Tujuh

64.2K 8.6K 1.1K
                                        

Sesuai janji aku, aku up lagi ges, hehehe, semoga kalian senang dan suka. Di sini, aku mau kasih tahu, masalah Azhar di paksa nikah itu, entar dia pasti berubah kok, kuncinya sabar aja...

Oh iya, kalau menurut kalian cerita ini seru, kalian bisa rekomendasikan ke temen-temen/ kerabat kalian/ temen sekolah kalian yaa... Biar banyak yang tahu cerita kecil ini🥰

Mungkin itu aja cuap-cuap dari aku, selamat membaca semuanya!❤️❤️

_____

Warning⚠️

1. Jika cerita ini membuat kalian lalai dalam beribadah, tinggalkan saja cerita ini, karena aku tidak ingin cerita ini menjadi mudharat untuk kalian semua.

2. Jika ada ilmu agama yang kurang pas, kalian bisa tegur aku, karena manusia tempatnya salah dan khilaf, tapi ingat ya... Tegur aku dengan bahasa yang sopan dan baik.

3. Follow akun wattpad aku, dan Instagram aku, supaya tahu kapan-kapan aku Update, dan spoiler-spoiler part selanjutnya.

_________

"Apa yang melewatkan mu tidak akan pernah menjadi takdir mu, dan apa yang ditakdirkan untuk mu, tak akan pernah melewatkan mu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apa yang melewatkan mu tidak akan pernah menjadi takdir mu, dan apa yang ditakdirkan untuk mu, tak akan pernah melewatkan mu."

****


Azhar duduk seorang diri di atas sofa, yang lainnya sudah kembali ke luar, dimana acara masih berlangsung. Azhar di berikan waktu oleh Kyai Abdurrahman Sepuluh menit, untuk berpikir jernih.

Azhar menghembuskan napas panjang, apa iya dia harus menerima pernikahan ini dengan rasa ikhlas?

Ia memejamkan matanya, mengingat kejadian yang terjadi beberapa menit lalu di sini.

"Gus, Sampean kenapa kabur? Apa putri saya ada salah sama sampean? Kalau ada salah saya minta maaf atas na putri saya," ujar Pak Zamzam berterus terang.

Azhar menggeleng. "Putri Om gak ada salah sama saya."

"Lalu kenapa, sampean berniat untuk kabur?" tanya pak Zamzam lagi.

Azhar menghela napas terlebih dahulu, sebenarnya saat ini pikiran nya kacau. Jadi mungkin, dan pasti akan ada kata-kata yang tak mengenakan keluar dari mulutnya.

"Saya tidak mencintai anak Om dan Tante. Saya bahkan tidak ada niatan sedikitpun untuk menikahi dia, karena dia bukan TIPE SAYA. Dia jauh dari kata IDAMAN saya. Saya mengajak dia menikah hanya sekedar gurauan, dan tantangan, bukan sungguhan, anak Tante dan om saja yang menganggap itu serius.Saya tahu saya kekanak-kanakan, tapi saya laki-laki, dan berhak menentukan istri yang sesuai dengan tipe saya. Sekali lagi saya tekankan, anak Om dan Tante bukan TIPE saya."

Eh Gus Adnan! [ TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang